Hari Selasa: Hari ini, saya kembali belajar banyak tentang kehidupan.
To live is to give. To love is to give. To be rich is to give. To care is to give. To forgive is to give. i learn something new again, Let’s live to give.
Lima kalimat diatas adalah kalimat yang mengisi ruang facebook status saya dini hari tadi. To live is to give. Semua yang indah dimulai dari memberi, bukan meminta.
Sejak beberapa hari yang lalu (hingga hari ini), hubungan baik saya dengan seseorang sedang diuji. Cukup merubah banyak hal. Dari kedekatan dan keakraban yang menyenangkan, kini muncul sekat tidak terlihat yang membuat berbagai macam hal menjadi tidak nyaman.
Saya tidak bisa mengendalikan berbagai faktor yang terjadi diluar diri saya. Namun berbicara belajar bertanggung jawab atas kehidupan, saya membiasakan diri fokus pada apa yang berada dalam kendali saya. Dan hal yang berada dalam kendali saya adalah sikap saya. Sikap saya yang diawali dengan to give, karena masih kurangnya pengendalian diri berubah menjadi to ask.
Saya memulai hubungan baik dengan sikap to give, dengan niat memberikan apa yang saya bisa untuk membuatnya lebih bahagia, malah berkembang menjadi sikap to ask, memintanya untuk memenuhi standar ego saya.
Dan akibatnya cukup fatal.
Dia menjauh, saya merasa dihindari. Jika anda pernah merasakan keakraban dengan seseorang dan lalu keakraban tersebut mendadak hilang karena kesalahan yang anda buat, pasti anda tahu maksud saya.
Sekarang, segalanya telah terjadi. Yang sudah terjadi, terjadilah. Saya tengah diajari untuk ikhlas dan merelakan sesuatu. Everything that has a start, also has an end. But hopefully, there will be a better start in the future 🙂 Pertanyaan emasnya adalah: Sekarang apa yang harus saya lakukan untuk membuat kondisinya menjadi lebih baik?
Entah apakah ada jawaban yang lebih baik, tapi saya rasa solusi saya kembali ke apa yang saya sebutkan di awal:
To live is to give. To love is to give. To be rich is to give. To care is to give. To forgive is to give. i learn something new again, Let’s live to give.
Saatnya mengaplikasikan kembali “To Give”. Tidak perlu mengkhawatirkan perubahan sikapnya, hal tersebut beradi di luar kendali saya. Yang perlu saya lakukan hanya berfokus kepada apa yang dapat saya lakukan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.
Saatnya mengaplikasikan to give dengan tulus ikhlas. to give what? apapun. Mungkin perhatian, mungkin dukungan, mungkin sesuatu yang belum perlu dia ketahui, mungkin apapun. Mungkin saat ini dia belum menghendaki keberadaan saya, namun biarkan saya selalu memberikan do’a saya untuk kebaikannya.
Saya berharap suatu saat semuanya akan menjadi lebih baik dari sekarang, dengan izin Dia Yang Maha Me-mutar-balik-kan perasaan.
When You Start To Give , You Start To Receive.
Please, never ask again. Just give it, without judgemental expectations, anonimously if at all possible, jouyously – with a smile.
Joe Vitale
Sometimes, the sweetest things they burn before they shine. Semoga ini merupakan awal dari sesuatu yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Hari ini, saya belajar banyak dari kehidupan.
Apakah anda belajar juga?
P.S.
Di kemudian hari, saya akan mengabarkan kepada anda apa yang terjadi dari aplikasi “To Give” ini 🙂
Damn right, didn’t you know this?
girls always give and forgive but boys always get and forget
hahhah
knocked out!!!
how’s that’ll fell?
you got to turn her head back at yours. you know you’ll always have me there to help you. but note: as far as i could go.
XDDD