Gaya hidup minimalis, sederhananya adalah meninggalkan semua yang “kurang penting”, meminimalkan “kebutuhan semu”, dan segala hal yang kita anggap perlu padahal sejatinya tidak. Saya tidak tahu apakah ada definisi pasti dari gaya hidup minimalis, namun saya pertama kali “bertemu” dengan konsep ini dari sebuah blog tentang minimalisme bernama mnmlist yang sangat mengagumkan dari Leo Babauta dan dia menuliskan gagasan mengenai gaya hidup minimalis dengan cara yang sangat-sangat membuat saya terkesima:

Stop buying unnecessary things.
Toss half your stuff, learn contentedness.
Reduce half again.
List 4 essential things in your life,
stop doing non-essential things.
Do these essentials first each day, clear distractions
focus on each moment.
Let go of attachment to doing, having more.
Fall in love with less.

Dalam kebanyakan kasus, hal yang rumit (complexity) itu menyebalkan – bahkan kerap memicu permasalahan yang tidak perlu. Dan dalam hampir semua kasus, yang membuat sesuatu rumit itu ya kita sendiri: kita merumitkan sesuatu yang sederhana.

Pertanyaannya, mengapa kita tidak membiarkan sesuatu yang sederhana itu tetap sederhana?

Dengan tidak mengadakan sesuatu yang sebenarnya memang tidak perlu diadakan.

Less, is less.

P.S.

baca juga tentang hal-hal yang sering ditanyakan seputar gaya hidup minimalis. It’s inspiring.