Beberapa poin yang kepikiran setelah baca Dilan 1 & 2:
(Anyway, spoiler alert. Kalo ada yang belum dan berniat baca, skip aja tulisan ini dan baca lagi kalau udah baca.)
Okay, now that I’ve warned you:
1. See how ngancem putus as a strategy backfires you
- Si cewe masih sayang
- Si cewe ngancem putus kalau si cowo melakukan x
- Si cowo melakukan x
- Putus
- Si cewe nyesel sampe nulis memoar dan dipublikasikan (dan laku berat)
Skema ngancem putus biar berubah lalu kemudian nyesel ini ganggu banget karena buat gue kalo emang ngga ingin putus ya jangan ngancem putus segala atuh 😐
Terutama karena kalo ngga akan serius sampe nikah, ngga usah pacaran. Belajar cari duit aja mendingan.
2. Kasian cowo-cowo jaman sekarang kalo stereotip cowo kerennya macem Dilan
Kasian cowo-cowo jaman sekarang kalo cewe-nya ngarep yang model Dilan ((In a way, untung gue udah laku)) 😂😂😂. Gue sempet berargumen kalo Dilan ini membuat stereotip laki-laki ideal yang ketinggian. Semacam versi lokal dari Edward Cullen di Twilight (Vampir yang udah hidup ribuat tahun dan hanya tertarik pada satu cewe, Oh c’mon) untuk remaja dan Christian Grey di Fifty Shades of Grey (Self-made billionaire yang keliatannya terobsesi ngejar satu wanita dan korporasinya jalan secara otomatis, Oh C’moooon) untuk emak-emak.
FYI, gue kepikiran ini gara-gara sering nontonin Honest Trailer-nya Screen Junkies. Khususnya:
HA KOK IYA BENER YAAAAAAAA.
Anyway lu harus liat semua seri Honest Trailer-nya Screen Junkies. They’re hilarious.
3. Passionate vs Companionate Love
Sejak lama, gue selalu berpikir bahwa masyarakat modern melalui berbagai media (musik, film, novel) terlalu mengagungkan “cinta” secara berlebihan. Gue agak kesulitan mengartikulasikan ini sampai gue pertama kali membaca mengenai passionate dan companionate love di Minimally Minimal saat Andrew Kim nge-review pamerannya Stefan Sagmeister yang berjudul The Happy Show. Agak susah nyari kutipannya karena kebanyakan merupakan foto, tapi gue nemu summary-nya di blog lain yang kebetulan nge-review pameran yang sama:
There are two kinds of love: passionate and companionate. Passionate love is what we experience when we first “fall in love” and biologically can only last six months. Companionate love is what can last a lifetime.
– Stefan Sagmeister, The Happy Show via Holley Gerth
Topik mengenai passionate dan companionate love ini bener-bener berharga untuk dibaca. Seriously.
What a party pooper I am.
4. Always Laila
Ngebaca Dilan ini ngingetin gue akan Pram di novel Always Laila (atau Always Layla ya?) yang gue baca dulu tahun 2005-an kalo ngga salah. Ada yang baca juga? Endingnya lebih tragis sih 😅.
“Semacam versi lokal dari Edward Cullen di Twilight (Vampir yang udah hidup ribuat tahun dan hanya tertarik pada satu cewe, Oh c’mon) untuk remaja dan Christian Grey di Fifty Shades of Grey (Self-made billionaire yang keliatannya terobsesi ngejar satu wanita dan korporasinya jalan secara otomatis, Oh C’moooon) untuk emak-emak.”
Dan dua-duanya ini contoh pelaku kekerasan seksual menurut psikologi.
(Please brace yourself. This going to be a really loooong rant.)
Untuk Twilight, ini penjelasan dari psikolog: https://www.psychologytoday.com/blog/psychologist-the-movies/201111/relationship-violence-in-twilight
Untuk 50 Shades, ada banyak juga. Bisa di-google. Plus, it’s badly written. Like, horrible. Heran editornya belum nujes-nujes pena ke mata. Beneran deh, kalo tujuannya hanya nyari cerita stensilan, bisa dicari di Google; dan mungkin lebih bagus.
Yang aku ga suka adalah, hal-hal berbahaya kaya gini masuk ke media, ditonton banyak orang — dan targetnya adalah wanita — dan membuat para mbak-mbak dan ibu-ibu ini berpikir bahwa Christian Grey dan Edward Cullen adalah sosok IDEAL. Padahal kenyataannya, mereka JAUH dari ideal.
Bahkan ada ucapan, 50 Shades itu dianggep ‘romantis’ karena Grey itu kaya raya dan (katanya) cakep. Coba kalo nggak, jadi salah satu episode di TV seri Criminal Minds atau CSI.
Banyak hal-hal yang dilakukan para karakter cowok ini yang entah gimana diplintir sama si penulis (yang herannya adalah perempuan) seolah-olah menjadi romantis.
“Aduuuuh, Edward masuk kamarnya Bella diem-diem terus ngeliatin dia tiduuur? Uuuu, cocweeeeeeet!”
… … Lu ga manggil polisi aja gitu? Itu masuk ke rumah orang tanpa ijin! Stalker!
“Iiiih, Edward cemburu gitu ya, jadi Bella cuma buat diaaa? Uuuu, cocweeeeeet!”
Posesif tingkat tinggi, dan itu biasanya ditemukan di karakter abuser dalam satu hubungan yang beracun/berbahaya.
Christian Grey dan Edward Cullen adalah dua karakter laki-laki yang manipulatif dan suka menyiksa/abusive. Entah gimana, media dan masyarakat merayakan (glorified) pemaksaan. Misalnya, beberapa kali aku liat di drama Korea, si karakter cowok memaksa mencium si karakter cewek. Padahal itu bisa masuk ke kategori pelecehan seksual karena nggak ada ijin (consent) dari si perempuan.
“Cium aja! Dia pasti suka!”
“Ga ada itu yang namanya cowok diperkosa! Pasti si cowok menikmati!”
“Awalnya nolak, tapi pasti ntar juga mau!”
“Itu mah jual mahal aja. Sebenernya dia kegatelan!”
“Dia bilang “nggak”, padahal sebenernya sih “iya.” Pengen juga dia.”
Lihat bagaimana ucapan-ucapan itu meremehkan perasaan/invalidasi si korban? Dan dianggap “romantis”?
Dan mungkin karena pengetahuan seksual anak-anak remaja masih minim (malah dianggap tabu) di Indonesia, hal-hal yang menjurus ke abusive itu malah dijadikan seolah-olah romantis. Padahal pendidikan seksual itu ga hanya ke faktor biologis, tapi juga ke psikologis. Terus pada bingung kenapa kasus pelecehan seksual, KDRT, dan pemerkosaan (bahkan ke yang masih pacaran!) masih ada dan meningkat tinggi di Indonesia.
Wah beneran long rant 😁
Kalau dibandingin, karakter Dilan di Dilan ngga menunjukan gejala posesif dan abusif macem Grey dan Cullen. Tapi kalau stereotip idealnya macem gini, ketinggian banget 😅
Bump into your blog karena artikel upgrading ram mbp sebenernya. Anyway, gue juga baca Always Laila, and yes dilan remind me of pram. Mungkin karena latar ceritanya sama sama SMA Bandung kali ya jadi kerasa sama. Kalo dilan ini berlanjut ceritanya semoga ga end up kaya pram haha *cry*
Wa, akhirnya ada juga yang baca novel itu XD
Tragis banget pram mah 😅