Pertama-tama, mohon maaf karena ternyata saya tidak sempat ngepost dari hari perhari kegiatan dan catatan pengeluaran saya selama di Bali seperti yang saya rencanakan di post ini. Saat ini saya sudah kembali berada di Bandung (kemarin pagi saya sampai) dan sekarang saya baru akan menulis apa saja yang saya lakukan di Bali lengkap dengan pelajaran dan catatan pengeluaran-nya. Hope it helps, guys 😀
Hari kedua di Bali: Sewa Motor!
Siang hari setelah berlatih speech, saya dan teman kampus saya menyewa motor. FYI, di Bali angkutan umum sangat terbatas. Kita sangat sulit menemukan angkot kecuali di pagi dan sore hari. Itupun hanya di daerah tertentu karena pengguna mayoritas angkot adalah para pekerja bangunan yang berangkat dan pulang ke tempat kerjanya. Jadi opsi yang ada hanyalah menyewa kendaraan pribadi: mobil, atau motor.
Setelah browsing-browsing menggunakan BlackBerry dan bertanya-tanya kepada satpam, ternyata rate harga sewa mobil berkisar antara IDR 150 ribu keatas. Untuk IDR 150 ribu kita bisa menyewa mobil sekelas karimun untuk 24 jam kedepan (benar-benar 24 jam – baru kita kembalikan setelah 24 jam). Untuk motor, IDR 60 ribu sudah bisa menyewa motor seperti mio. Setahu saya, kalau di kute (hasil browsing) bisa seharga antara IDR 40 ribuan sih, tapi karena lokasi hotel kita tidak berada di daerah wisata, harganya jadi agak berbeda. Lagian saya juga meminta tolong satpam hotel untuk mencarikan motor sewaan untuk saya. Jadi ya wajar saja 😀
Ohya, ketika anda menyewa motor, anda akan diberikan motor, kuncinya dan STNK khusus untuk motor rentalan berwarna merah muda. Awalnya saya sempat bingung juga, apa para pemilik motor rentalan ini tidak takut motornya diembat orang jika motor mereka disewakan dan diberikan STNKnya. Ternyata, ada format khusus untuk STNK motor pinjaman. Jadi STNK asli dipegang pemilik motor, STNK rental motor diberikan pada penyewa.
Google Maps for BlackBerry
Setelah menyewa motor, saya dan teman saya mencari SPBU terdekat lalu mencari makan. Kami memutuskan untuk makan siang di KFC saja, mengingat tidak ada makanan yang aneh-aneh (dan halal) lagi disekitar situ. Pertanyaannya adalah, dimana KFC terdekat? Here’s the answer: technology. Saya membuka aplikasi Google Maps for BlackBerry saya (aplikasi maps bawaan BlackBerry sucks – IMO), mencari dengan kata kunci “fast food”. Setelah menemukan KFC terdekat, saya menggunakan opsi “get direction” dari lokasi saya sekarang ke KFC yang saya pilih. voila! tinggal jalan deh. Aplikasi Google Maps mengecek lokasi saya dan mengupdate posisi secara berkala. Tingkat akurasinya sampai 900 meter. Satu-satunya hal yang perlu diperhatikan adalah kadang-kadang Google Maps telat mengupdate posisi saya, jadi belokan yang seharusnya saya belok jadi terlewat -_-”
Jauh dekat di mata orang Bali & dan Pantai Sanur
Beres makan, saya bergegas ke lokasi speech competition untuk registrasi ulang dan technical meeting. Beres-beres sekitar pukul setengah enam sore. Merasa masih ada waktu, saya dan teman saya memutuskan untuk mampir ke Pantai Sanur, siapa tahu masih sempat melihat sunset di Bali. Tidak tahu arah? Aplikasi Google Maps menjadi andalan. Lokasinya tidak jauh, hanya sekitar 20 km. Anyway, anda harus pahami bahwa pemahaman orang bali mengenai “jauh dekat” agak berbeda dengan kebanyakan penduduk kota besar. Mungkin karena di Bali itu suasananya santai sekali (secara tempat wisata) jadi untuk orang Bali, 30 kilometer itu sudah jarak yang jauh.
Sesampainya di Sanur, ternyata tidak ada sunset. Haha, saya baru sadar kalau letak Pantai Sanur ini di timur, jadi tidak ada sunset. Jadi pada dasarnya, Pantai Sanur ini tempat melihat sunrise, sedangkan pantai yang berada di barat, seperti Pantai Kuta lebih cocok untuk melihat sunset.
Anyway, untuk masuk Sanur motor dikenai biaya IDR 2.000. Yah, itung-itung bayar parkir lah. Pantai Sanur sendiri relatif standar lah, kecuali banyak turis asing, pantai putih yang relatif bersih, eksotisme Bali, dan dangkalnya pesisir pantai sampai jarak beberapa puluh meter (jadi ada orang yang bisa berdiri dengan santai di lepas pantai begitu) dan kapal-kapal yang bersandar.
Makan malam dan nyasar
Beres dari Sanur dan berfoto ria selayaknya musafir modern berkamera digital, kami memutuskan untuk solat di masjid dekat pantai Sanur lalu mencari “makan malam khas bali” yang “eatable” (halal) ternyata sulit sekali ditemukan. Ujung-ujungnya malah nyasar. LOL
Yang perlu anda waspadai mengenai jalan di Bali, adalah banyak jalan satu arah dan jalannya kecil-kecil. Oke, untuk jalan protokol / bypass / jalan utama sih lumayan besar, tapi untuk “jalan sebenarnya”, jalan di Bali ini relatif lebih kecil. Saya selalu beranggapan kalau jalan di Bandung itu kok kecil-kecil sekali. Sesampainya saya di Bali, ternyata masih ada yang lebih kecil jalannya daripada Bandung. -_-”
Sesampainya di Hotel, ternyata dosen Pembimbing saya sudah tiba. Sisa hari itu kami habiskan untuk mandi dan berlatih dan koreksi final speech sampai pukul 12 malam.
asik bgt bza k’bali…….