Akhir-akhir ini saya cukup sering menyaksikan komedi situasi produksi U.S. seperti How I Met Your Mother dan The Big Bang Theory. Satu hal yang saya sadari dari sitkom-sitkom itu selain komedi-nya yang cerdas dan tidak slapstik adalah unsur budaya masyarakat U.S. dimana pada usia tertentu (sepengetahuan saya selulusnya dari level high school), anak mudanya akan cenderung “moving out” atau pindah dari rumah orang tua dan “memulai kehidupannya sendiri”: menyewa flat apartemen, bekerja mencari penghasilan untuk kebutuhan sendiri, mengejar cita-citanya alih-alih “menjadi apa yang orang tua suruh”, dan lain-lain.
Pendapat kita mungkin berbeda mengenai hal ini, tapi saya melihat budaya untuk “moving out” disaat menyentuh kedewasaan adalah sesuatu yang keren. Keluar dari zona nyaman, memulai kehidupan dimana kamu memiliki kontrol penuh dan bertanggung jawab penuh atas diri kamu, menjadi dirimu sendiri seutuhnya, dan lain-lain. That is awesome.
Pendapat kamu?
ada enak ga enaknya sih fik. tapi yang ga enaknya itu yang dibikin buat belajar. mungkin itu yg bikin jadi dewasa. oya, kalo uda moving out, coba buat menahan hasrat yah. maksud gw, banyak hal yg pegen banget lu lakuin sendiri bisa kewujud. tapo bukan berarti itu baik. Yang bikin jadi dewasa, mungkin juga pas milih-milih itu baik apa ga buat kita. kalo gw sih, seringnya terjerumus. haha…anyway, gw belum dewasa berati yah..
Haha, keliatan kok dari perilaku llu yang malah jalan ampe malem padahal lagi sakit ri :p
Anyway, thanks masukannya ๐
Dalam psikologi modern (yang umumnya dianut orang US), moving out is considered part of adulthood. Dalam budaya itu, saat parents tidak “kick-out” anaknya dari rumah, malah dianggap parents yang lalai melakukan tugasnya sebagai orang tua. Fenomena gagal “kick-out” ini disebut “failure to launch”. Mungkin lebih jelasnya bisa dilihat di artikel ini http://www.psychologytoday.com/blog/adulthood-whats-the-rush/201011/is-blaming-parents-failure-launch-red-herring
Dalam hal komedi sendiri, sebenarnya komedi barat pun pernah mengalami masa “mirip” seperti komedi yang kita kenal: slapstick. Bahkan ada tokoh-tokoh legendaris dari masa komedi slapstick tersebut. Sebut saja The Three Stooges (di awal tahun 1920an) dan Jerry Lewis (tahun 1960an – 1970an). Hanya saja, style nya memang terus berkembang.
IMHO, saat ini sendiri style komedi di US (atau barat) lebih banyak dibawa dari tulisan daripada performance. Sehingga bisa dilihat dalam performance pun terkadang cukup dibawakan oleh 1 orang performer (stand-up comic). Sebenarnya di Indonesia sendiri budaya stand-up sudah dikenal sejak lama (dari ketoprak, wayang dll). Bedanya hanya di kemampuan eksplorasi situasi dan kondisi, sehingga tidak terasa kontekstual (tidak terasa kekinian). Akhirnya, joke yang pernah dipake 10 tahun lalu tetap dipake lagi buat saat ini. Again, slapstick. Too bad…
Wah, terima kasih sekali untuk masukannya, enlightening. Anyway, kalau di Indonesia sepertinya kebanyakan orang tua malah ingin anaknya “menemani” mereka alih-alih mendorong mereka untuk keluar dan menjadi mandiri seutuhnya ya. Pekerjaan rumah untuk generasi kita ketika menjadi orang tua kelak: apakah berani meng-kick out anak2 ke luar demi kebaikan yang lebih besar atau tidak ๐
Mengenai slapstick, ini sih pandangan pribadi saya saja. Rasanya sudah ngga zaman ngebecandain hal-hal yang sifatnya physical appearance ๐
Iya. Itulah harusnya umur 20 itu menjadi titik balik seorang pria. Ia harus mandiri. Entah kenapa di antara teman-teman saya kok saya yang paling ngerasa panik saat umur saya menginjak umur 20.
Wah, sama dong. Pertanyaan yang paling saya sering tanyakan ke teman-teman saya adalah:
yang mana sebenarnya pertanyaan balik untuk diri saya sih, what you’re gonna do with your life? ๐
last semester, I’ve studied “cross cultural understanding” in my subject English department also. American people separates the new born baby to their own bed (the purpose is just to be independent person for the baby). But it seems pity for me, Indonesians also,because that’s the way to be independent person. By the age 4-12 years old, most of the children to be deliver of news paper even though from rich people. And they learn to manage money wisely. I love the way American to be independent person. But it’s difficult for me. Now I try to be independent girl although I have my beloved parents, family, friends, etc
hehheheh,, kok jadi curhat ya ??? Apalagi nyangkut mata kuliah segala. Gapapa aq ngefans dg cara mereka mandiri. America, the country that I always dream of.
NB : padahal aq juga pgen komen ke postingan laen knpa musti ditu2p, apalagi agree with dreams
Salam kenal,,;)
Meel_lah
Ya, IMHO budaya Amerika memang lebih individualis dibandingkan budaya negara kita yang -pendapat saya- cenderung komunal. Ironisnya, mereka individualis namun bartanggungjawab atas kepentingan publik sementara kita komunal yang egois. tragis.
IMHO (lagi), ngga masalah jadi independent tapi punya beloved parents, family, friend, etc. Apa masalahnya? ๐
Postingan yang berusia lebih dari 20 – 30 hari saya tutup karena kerap ada pengungjung yang komentarnya tidak relevan. Kalau memiliki sesuatu yang ingin disampaikan, kamu bisa share ke facebook page atau twitter saya.
Salam kenal juga ya ๐
indonesia juga punya budaya moving out ko, biasanya orang2 sumatera barat. tapi kalo moving out nya = merantau, hehe
budaya sunda (atau kebanyakan budaya di pulau jawa) lah yang “makan ga makan asal ngumpul”, jadi ya gitu, ngumpul terus
budaya merantau itu bagus, biar ga kuuleun, ato kurung batok, ato apalah istilahnya.
Haha, iya sih. Kalau orang padang mah memang budayanya merantau yang mana kalo kata gue keren banget. Kalau budaya sunda.. kecenderungannya (meskipun tidak bisa digeneralisasikan juga) tetap disitu2 terus ngga mau kemana2 ya.