Fire Disaster

Akhir-akhir ini perhatian kita semua sedang terarah menuju sebuah kapal relawan yang mengangkut bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang diserang oleh Tentara Israel. You know, tidak diperlukan intelejensia apapun untuk menyadari bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan biadab, tapi melihat reaksi teman-teman di twitter, facebook, televisi dan lain-lain, saya jadi ingin menyuarakan pendapat saya mengenai hal ini.

Israel tidak sama dengan Yahudi

First thing first, jangan menggeneralisir. Ada perbedaan mendasar ketika kita mengutuk israel dan mengutuk yahudi. Israel itu negara, sedangkan yahudi itu agama dan suku kebangsaan / ras. Perbedaannya sama seperti “tidak karena sekelompok orang Indonesia suka rusuh bermakna semua orang Indonesia suka rusuh”. Kalau kamu pernah digeneralisasikan, kamu pasti mengerti betapa menyebalkan dan tidak adilnya generalisasi itu.

Aspirasi pemerintah tidak selalu mencerminkan aspirasi keseluruhan rakyatnya. Setidaknya, itu yang kita lihat di Indonesia kan? Sekacau-kacaunya kelakuan negara bernama Israel, di negara tersebut pasti masih ada penduduk waras yang memiliki rasa kemanusiaan.

Correct me if i am wrong, tapi itu yang saya pahami. Setidaknya, berbaik sangka lah. Itu yang diajarkan agama kan?

Kalau kita pikir lagi, yang salah bukan Israel

Well, sebenarnya bisa dan sah-sah saja kita menyalahkan Israel atas insiden ini. Kebanyakan orang akan mengamininya. Tapi jika kita pikir-pikir lagi, yang paling bersalah atas insiden ini bukan Israel. Yang menjadi akar dari dari insiden ini bukan Israel.

Yang seharusnya bertanggung jawab atas insiden ini bukan Israel.

Yang seharusnya bertanggung jawab atas insiden ini adalah saya, kamu, negara ini, dan semua penduduk dunia.

Akui saja, Israel berani bertindak semena-mena karena saya, kamu dan kita semua terlalu lemah.

Mereke bisa bertindak sesuka hati mereka karena kita lemah.

Kita terlalu lemah untuk mereka pertimbangkan.

Kita terlalu lemah untuk melawan.

Kita lebih memilih untuk malas-malasan daripada menghadapi resiko kebangkrutan, ketidaknyamanan, cemoohan, dan keluar dari zona nyaman. Kita lebih memilih untuk bertahan di zona nyaman konsumerisme daripada keluar dari zona tersebut dan menghasilkan sesuatu, menjadi kuat, dan memiliki pengaruh.

Di semua bidang, israel dan pendukung-pendukungnya lebih kuat.

Apakah mereka berani bertindak sesuka hati jika kita kuat atau lebih kuat dari mereka?

Sekarang siapa yang bersalah atas kelemahan diri sendiri? Kita masih mau salahkan orang lain atas kelemahan sendiri? Kita masih mau menyalahkan hal yang diluar kendali kita alih-alih apa yang berada di dalam zona kontrol kita?

We really HAVE TO think and do something about it.