Tetap Adil

by | Aug 4, 2012 | Essays | 4 comments

Gue ngga setuju dengan banyak hal. Gue ngga setuju dengan atheisme, gue ngga setuju dengan gay & lesbian, gue ngga setuju dengan sosialisme, gue ngga setuju dengan JIL, gue ngga setuju dengan konsumerisme, dan gue ngga setuju dengan banyak hal lain.

Gue ngga setuju dengan banyak hal, tapi gue harus tetep adil ke orang. Jangan sampe hanya karena dia mempercayai konsep yang bertentangan dengan yang gue yakini, terus gue bersikap ngga adil. Disagreeing with respect. Belum tentu lu paham apa yang orang lain pahami. Kalo lu coba pahami lebih dalam, semua orang pasti punya alasannya masing-masing.

Perlakukan orang lain sebagaimana elu ingin diperlakukan. Gue ingin diperlakukan secara fair*, jadi gue harus fair ke orang lain.

Ngga mudah untuk ngelakuinnya, sih. le sigh

***

*Note: entah kenapa mendadak kata fair jadi lebih enak untuk digunakan daripada kata adil disini. Padahal ‘makna‘nya relatif sama, tapi ‘rasa‘nya lain.

4 Comments

  1. cevarief

    Contoh tidak fairnya seperti apa ya…

    • Fikri Rasyid

      Yang paling sering sih diskriminasi. Memperlakukan baik orang yang segolongan, tapi kalau orang yang ngga segolongan diperlakukan ala kadarnya juga udah sukur.

  2. aditryan

    Iya. Gue juga selalu inget, “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil.”

    Fair.

    • Fikri Rasyid

      Bicara fairness, gue belum pernah denger cerita dari khalifah Ali (ibaratnya presiden jaman sekarang) yang kalah di pengadilan dari orang Yahudi madinah karena sengketa baju zirah. Jaman sekarang masih ada ngga yang kaya gitu y 😐