Waktu adalah mata uang yang sebenarnya. Untuk membayar sebuah produk/jasa kita harus mengeluarkan dana dalam nilai tertentu. Untuk mendapatkan dana tersebut, kita perlu bekerja sesuai dengan keahlian kita dalam tenggat waktu tertentu. Untuk mendapatkan keahlian yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan sejumlah dana, kita perlu melatih keahlian tersebut. Untuk melatih keahlian tersebut, kita membutuhkan waktu.
Waktu.
Kita tumbuh menjadi apa dan disebut sebagai apa tergantung dari bagaimana cara kita menggunakan waktu yang kita miliki. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk belajar akan menjadi siswa yang baik. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk menulis akan tumbuh menjadi seorang penulis. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk membesarkan bisnisnya akan kita sebut sebagai pengusaha. Sekarang bayangkan akan jadi apa seseorang yang menggunakan kebanyakan waktunya untuk hal-hal yang tidak jelas apa arah tujuannya?
Uang adalah alat tukar nilai tambah. Sialnya, nilai tiap mata uang berbeda-beda. Bandingkan Rp 1,000.- dan USD 1,000.-: Seribu rupiah hanya cukup untuk parkir kendaraan roda empat sekali di pinggir jalan sementara seribu dollar cukup untuk membeli sebuah macbook.
Sekarang bandingkan dengan waktu. Entah anda tinggal di Indonesia, United States, atau bahkan Suriname, satu detik adalah satu detik: tidak kurang dan tidak lebih. Jika untuk menjadi seorang dokter ahli yang dibayar US$ 100 per konsultasi dibutuhkan waktu tujuh tahun, maka dimanapun anda hidup jika anda menggunakan tujuh tahun waktu belajar untuk menjadi dokter ahli, anda akan menjadi dokter ahli.
Get the point? Kita menjadi apa adalah konsekuensi logis dari bagaimana kita menggunakan waktu kita. Time is more valuable than money. Waktu adalah mata uang yang sebenarnya.
Izinkan saya mengakhiri tulisan ini dengan mengutip terjemahan dari salah satu ayat kitab suci umat islam:
Demi masa. (1)
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2)
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasihat supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3)
Q.S Al ‘Ashr (Masa) ayat 1 – 3.
Pendapat anda?
Waktu.
Kita tumbuh menjadi apa dan disebut sebagai apa tergantung dari bagaimana cara kita menggunakan waktu yang kita miliki. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk belajar, akan menjadi siswa yang baik. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk menulis, akan tumbuh menjadi seorang penulis. Seseorang yang menggunakan waktunya untuk membesarkan bisnisnya, akan kita sebut sebagai pengusaha. Sekarang bayangkan akan jadi apa seseorang yang menggunakan kebanyakan waktunya untuk hal-hal yang tidak jelas apa arah tujuannya?
Uang adalah alat tukar nilai tambah. Sialnya, nilai tiap mata uang berbeda-beda. Bandingkan Rp 1,000.- dan USD 1,000.-: Seribu rupiah hanya cukup untuk parkir kendaraan roda empat sekali di pinggir jalan sementara seribu dollar cukup untuk membeli macbook.
Sekarang bandingkan dengan waktu. Entah anda tinggal di Indonesia, United States, atau bahkan Suriname, satu detik adalah satu detik: tidak kurang dan tidak lebih. Jika untuk menjadi seorang dokter ahli yang dibayar US$ 100 per konsultasi dibutuhkan waktu tujuh tahun, maka dimanapun anda hidup jika anda menggunakan tujuh tahun waktu belajar untuk menjadi dokter ahli, anda akan menjadi dokter ahli.
Get the point? Kita menjadi apa adalah konsekuensi logis dari bagaimana kita menggunakan waktu kita. Time is more valuable than money. Waktu adalah mata uang yang sebenarnya.
Izinkan saya mengakhiri tulisan ini dengan mengutip terjemahan dari salah satu ayat kitab suci umat islam:
Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasihat supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3)
Q.S Al ‘Ashr (Masa) ayat 1 – 3.
waktu berguna jika dipergunakan dengan benar dan tepat sesuai dengan kemampuan dan atau kepercayaan yang diberikan
banyak orang tidak bisa mempergunakan waktu karena tidak ada kesempatan, kepercayaan dan kemauan
waktupun menjadi alat pembunuhan yang sangant keji, contohnya pecandu
artrinya ” waktu bisa menguntungkan atau merugikan tergantung dari yang mempergunakannya dan kesempatan yang diberikan
Berarti kita tidak perlu mengejar uang krn waktu lebih pantas untuk dikejar.
Sepakat mas Fikri, seperti kata seseorang yang pernah saya dengar : waktu itu (salah satu) modal terbesar manusia. 🙂
yap. kalau tidak ada waktu, mau diberdayakan bagaimana sumberdayanya? 😀
waktu adalah emas…yang nilainya bisa berubah tergantung siapa yang menggunakan.
kalau anda yang menggunakan, nilainya jadi bagaimana? 🙂
wow..
speechless. never think of it..
from now on, kayak nya gak da lg waktu tuk menyesali diri atau menyalah kan pemerintah atas nasib negeri, atau menyalah kan tuhan atas nasib diri,..
Kita menjadi apa adalah konsekuensi logis dari bagaimana kita menggunakan waktu kita.
thanks for the great motivation
senang bisa berbagi pemikiran dan tahu bahwa pemikiran tersebut berguna untuk anda 🙂
Waktu adalah Pedang…jika anda pintar menggunakannya maka ia akan melindungi anda, jika anda tidak pintar menggunakannya maka anda akan terluka olehnya…do U agree? please anwer in your heart 🙂
hmm…ternyata terlalu banyak waktu yg terbuang slama iini