Lupakan sejenak selebrasi akhir tahun, lupakan pula berbagai acara akhir tahun 2008 yang akan segera kita lewati. Di akhir tahun ini, satu fenomena yang tidak bisa dikatakan beradab terjadi : serangan Israel ke jalur gaza, yang menewaskan lebih dari 300 WARGA SIPIL. Wanita dan anak – anak.

Serangan ini kontan menyulut berbagai unjuk rasa yang memprotes serangan biadab tersebut. Unjuk rasa atas serangan ini terjadi di seluruh dunia, dari iran, irak, dan timur tengah hingga negara – negara di eropa seperti prancis dan inggris. Dan kebanyakan, berakhir dengan ricuh.

Saya termasuk warga yang kurang suka dengan demo dan aksi turun ke jalan, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Namun ketika saya menyaksikan berita mengenai unjuk rasa tersebut, satu sudut pandang lain terbuka. Satu simpati pengunjuk rasa (unjuk rasa dan kemauan turun ke jalan, bukan ricuhnya) sebagai wujud solidaritas terhadap saudaranya warga negara palestina yang dirampas haknya oleh Israel.

Di luar segala sentimen SARA yang terjadi, menyerang warga sipil, terutama di lokasi publik seperti rumah sakit dan kantor layanan publik adalah sesuatu yang tidak beradab. Lihat betapa sakitnya keluarga yang ditinggalkan, ketika mereka memandang jenazah keluarganya yang menjadi korban serangan. Beberapa orang mungkin merasa tidak perduli dengan hal itu. “Apa urusannya denganku?”. Tolong ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Segala sesuatu yang terjadi pada seseorang di muka bumi ini, dapat dialami pula oleh orang yang lain. Termasuk oleh anda, saya, dan kita semua. Hari ini mereka di palestina. Bagaimana jika berikutnya Indonesia?

Jika hari ini Israel menyerang wilayah sipil Palestina dan Dunia diam saja, bukan kah mungkin jika suatu saat setelah Palestina, mereka “memperluas” wilayah serangannya? Awalnya mungkin meyamping ke negara – negara timur tengah, tapi bukannya tidak mungkin berlanjut menyebrang, ke negara kita.

Pertanyaannya adalah, bagaimana sekarang kita menyikapinya. Apakah dengan turun ke jalan? Apakah dengan anarkisme terhadap kantor perwakilan PBB dan kedubes Palestina? Semua orang memiliki pilihan hidup yang berbeda.

We all need to answer it.