Coba lihat buku kuliah yang tebal-tebal itu. Ada tidak sih orang yang membaca setiap kata yang ada di dalam buku itu? Teknik skimming dan scanning dalam membaca diciptakan karena tidak mungkin kita membaca semua kata yang ada di dalam tulisan.
Jika memang tidak akan dibaca, bukankah berarti bagian itu tidak terlalu penting? Jika tidak terlalu penting, mengapa tidak dihapus sekalian?
Just the essentials. mnmlist.
Efisien.
P.S.
Menarik untuk dibaca: Jason Fried (founder 37signals) tentang editing. The class he’d like to teach.
Biasanya yang sanya anggap penting saya tandai dengan stabillo aja Mas. 😀
Bayangkan kalau isi buku hanya yang distabilo itu saja 😀
Tidak sesimpel itu. Menyampaikan kalimat kepada akademisi bukan seperti menyampaikan kalimat kepada seorang `mahasiswa`. Mereka memiliki perspektif dan wawasan yang berbeda. I do mean it. 🙂
Menyampaikan kalimat kepada akademisi tentu perlu didukung argumen yang tepat. Tapi, hal itu tidak bermakna penyampaian yang sekarang sudah sempurna, kan? Saya yakin banyak hal yang sebenarnya bisa dibuat lebih efisien 😀
Susah juga kalau kita harus menghapal seluruh isi buku tersebut. Makanya biasanya dibuatkan sebuah modul rangkuman, selain bisa dipakai sendiri juga mungkin bisa dijual ke temen2 yg membutuhkan. Hehehe… Salam persahabatan sebelumnya dari Blogger Borneo…
nah, dibuat detail juga pada akhirnya dibuat “rangkuman” kan? Kenapa tidak sekalian dibuat sesederhana format rangkuman itu saja ya?
Salam kenal juga 🙂
sebenernya sih semua yg ada dibuku itu(hampir secara keseluruhan) adalah penting (basically). those depend on our need. (what we want to know).
IMHO, belum tentu penting semua. Sama seperti paragraf berisi 5 – 7 kalimat yang pada dasarnya pengambangan dari satu kalimat utama.