Jika suatu saat saya membuat sekolah atau lembaga pendidikan, ada empat hal yang saya ingin jadikan prinsip sekolah tersebut:
Portfolio-based
Daripada mengejar nilai, lebih baik murid diarahkan dan dibudayakan untuk membuat portofolio. Jika kelas menulis maka portofolionya berupa tulisan, kelas software development maka portofolionya berupa software. Buat portofolionya dapat diakses oleh publik dan biarkan publik menilai peserta didik berdasarkan apa yang telah mereka lakukan. Saya rasa begitulah “dunia nyata” bekerja.
Clearness
Be clear first and clever second. If you have to throw one of those out, throw out clever.
Jason Fried
Kemampuan komunikasi secara jelas serta kelihaian mengetahui apa yang penting (what’s important is to know what’s important) di era banjir informasi seperti sekarang adalah suatu keharusan, baik untuk dikuasai murid atau dalam pengemasan pendidikan kepada murid.
Walk the talk
Jangan cuma ngomong doang. Baik yang belajar maupun yang mengajar harus melakukan apa yang mereka bicarakan. Be the change you want.
Be yourself
Keberagaman adalah default kehidupan. Tinggalkan penyeragaman. Biarkan murid berbeda-beda agar mereka saling mengenal dan memahami satu sama lain.
Untuk saat ini baru itu saja yan terpikirkan. Ada masukan?
Sip! Itu juga yg saya inginkan! (bikin bareng yuk, hehe…)
Sampe sekarang keluarga saya sampe sekarang masih menganut pola homeschooling karena itu yang paling ideal utk saat ini.
Ke depan kalo ada peluang utk membuat lembaga pembelajaran (bukan lembaga pendidikan) utk khalayak, bisa tu diaplikasikan. Dan yang pasti, tanpa embel-embel ‘formal’.
wah, ada juga yang berpikiran sama. Nanti kalau sudah waktunya saya kontak deh 🙂
homeschooling? Hmm, saya sreg karena aspek sosialnya tidak terakomodir. Kalau saya baik formal atau bukan formal pun prinsip ini bisa diaplikasikan 🙂
Memang banyak orang bilang, kita bersekolah supaya bisa bersosialisasi.
Menurut saya kita sering terperangkap tidak bisa membedakan mana hal yg primer & hal yg bukan primer.
Tujuan primer dari bersekolah adalah menuntut ilmu. Mungkin masih ada tujuan2 primer. Namun yg pasti, hal-hal yg selain itu pasti bukan primer.
Nah, tentang tujuan bukan primer itu pasti bisa kita temukan solusinya dalam bentuk lain.
Sebagaimana anak-anak sekolah punya cara bersosialnya sendiri, anak-anak homeschooling juga punya cara sosialisasinya sendiri.
Gedung sekolah bukan satu-satunya tempat bersosial kan…
Menurut saya akan lebih baik anak-anak jika bisa hidup & bergaul dalam kehidupan yg sebenarnya. Di mana orang-orang tidak diseragamkan, tidak dikelas-kelaskan, & tidak dikebiri mentalnya.
Kalo kita berpikir terbuka, yang semua kita keluhkan pasti ada solusinya.
kalau saya berpendapat, manusia itu akan jadi lebih efisien dalam menyerap ilmu dan mengembangkan gagasan ketika dia berada di satu lingkungan yang mengakomodir hal itu.
Dalam konteks ini, pergaulan adalah hal yang mengakomodir hal tersebut. Well, kompetitif kan sudah jadi sifat manusia. Tapi memang kenyataannya sistem pergaulan yang ada sekarang terlalu dikotak2an: teman sekelas, teman sekampus, teman seangkatan, dll. Sekolah mungkin tidak memaksudkan hal itu, tapi faktanya ya demikian.
Saya membayangkan kalau sekolah mampu “mempertemankan” siswa dengan rekan sejawat, para ahli dan praktisi, hasilnya akan sangat oke 😀