…How much of the really revolutionary things people are going to do in the next five years are done on the PCs or how much of it is really focused on the post-PC devices. And there’s a real temptation to focus it on the post-PC devices because it’s a clean slate and because they’re more focused devices and because, you know, they don’t have the legacy of these zillions of apps that have to run in zillions of markets…

– Steve Jobs

Saat ini dan di masa depan, ukuran komputer semakin menyusut dan komputer “ditanamkan” pada berbagai macam device untuk menyelesaikan satu masalah tertentu. Steve Jobs dalam wawancaranya bersama dengan Bill Gates di acara D5 All Things Digital mendefinisikan hal ini sebagai era Post-PC device: Era dimana komputer mulai dibenamkan di berbagai macam gadget untuk satu tujuan tertentu dan kita tidak lagi menyebutnya dengan istilah “PC” namun kita menyebutnya dengan istilah iPod untuk PC yang “ditananamkan” di pemutar musik, iPhone untuk PC yang “ditanamkan” di telpon genggam, dll (jika mengacu kepada produk-produk Apple).

Pertanyaannya: mengapa era post-PC penting? Karena itulah masa depan. PC memang dapat melakukan banyak hal, tapi bukan itu yang dibutuhkan masyarakat. Menurut Steve Jobs, masyarakat membutuhkan device yang dapat menyelesaikan satu masalah spesifik dengan baik, bukan pisau lipat yang serba ada.

Post-Internet Era

Selain era post-PC, ada satu post-something era yang saya rasa menarik untuk diperhatikan: Post-Internet Era.

Ada beberapa “titik-titik” poin yang membuat gagasan ini tercetus di kepala saya:

  • Gagasan mengenai Post-PC devices: satu gadget yang menyelesaikan satu fungsi spesifik tertentu dengan baik
  • Cukup banyak pengguna internet (terutama yang non-tech-savvy) yang berkata “saya tidak pernah mengakses internet, tapi saya punya facebook
  • Fakta bahwa PC mulai booming setelah era Graphical User Interface: UI (kemudahan penggunaan) merubah banyak hal
  • Salah satu poin yang disampaikan oleh @dWirianto di acara FOWAB #2: people are lazy. Facebook launcher di handphone2
    kelas mid-low yang notabene mempermudah satu langkah user sampai ke facebook itu sangat membantu facebook.
  • Banyaknya aplikasi yang dibuat untuk twitter (dari penggunaannya, bisa dibilang bahwa API Twitter merupakan salah satu contoh API tersukses yang pernah diluncurkan) diciptakan. Seriously, sebelum #newTwitter dirilis, berapa banyak sih dari kita yang mengakses twitter via web?
  • Kesuksesan App Store Apple yang mana banyak aplikasi iPhone yang dibuat untuk berinteraksi dengan web service tertentu. Hal ini pula diikuti dengan Android app market, BlackBerry AppWorld, dan app market smartphone lainnya. Hari gini, web service / web app besar mana sih yang tidak punya iPhone app / Android App / BlackBerry App?

Jika semua “titik-titik” ini digabungkan, maka “garis” yang terbentuk mengenai Post-Internet Era adalah:

  • Koneksi ke internet dan cloud database / cloud software yang mengorganisir data-data tersebut adalah sesuatu yang default / lumrah
  • Data di cloud tersebut dapat diakses via web / mobile interface
  • Namun karena alasan kemudahan / kompatibilitas dengan gadget / device, device-based app adalah suatu kewajiban.
  • Orang tidak akan lagi berfikir untuk “mengakses internet” ketika mencari data / informasi tertentu melainkan “mengakses (letakkan nama brand aplikasinya disini)”

IMHO, salah satu contoh aplikasi yang sangat menggambarkan gagasan Post-Internet Era dengan baik adalah dropbox: bekerja dengan jaringan internet sebagai platform-nya, memiliki cross-platform app (Windows / Mac / Linux desktop App, iPhone App, Android App) dan user tidak lagi “memikirkan internet” saat menggunakannya (setidaknya saya berfikir demikian). Contoh: “backup file dulu ah, masukkan ke dropbox“.

Oke, itu yang terfikirkan oleh saya sekarang. Bisa jadi banyak hal yang belum terlewat: ada yang mau menambahkan?