Saya suka heran dengan teman-teman mahasiswa yang suka mengeluh “aduuuh, males banget udah masuk kuliah lagi….” terutama di saat pasca liburan seperti ini. Satu dua kali sih tidak masalah, yang namanya manusia pasti ada masa-masa jenuh (Saya juga terkadang seperti itu, terutama jika mata kuliah yang “kurang atraktif”). Lah tapi kalau terus-terusan seperti itu?
Memangnya mau ngapain lagi jadi mahasiswa? Bukankah intinya jadi mahasiswa itu kuliah?
Saya pribadi, kalau malas-malasan kuliah suka malu. Lah orang biaya masuk dan semesterannya masih dibiayai orang tua kok. Kalau malas kuliah ngapain jadi mahasiswa? Buang-buang duit orang tua saja -_-
Bagaimana kalau kuliah menggunakan biaya pribadi?
Sesaat setelah saya memikirkan ini, saya posting hal ini di facebook dan twitter saya.
Kalau malas kuliah ngapain jadi mahasiswa? Buang-buang duit orang tua saja -_-
Segera setelah saya posting seperti itu, ada teman yang menanggapi:
Bagaimana kalau kuliah pake duit sendiri?
Ya kalau menggunakan biaya sendiri sih suka-suka kamu lah. Tapi logika saya, kalau kamu kuliah menggunakan biaya sendiri dan sudah tahu bagaimana rasanya mencari uang dengan tenaga dan waktumu sendiri, you’ll show some respect. Nyari uang itu tidak mudah, terutama untuk orang yang belum tahu bagaimana mendatangkan uang banyak dengan cara yang mudah (saya selalu yakin kalau tahu caranya, segala sesuatu itu ya jadi mudah).
Anyhow, kalau kamu memang sudah ber-uang dan tahu persis bahwa kamu itu malas, mengapa uangnya tidak digunakan untuk menyekolahkan orang lain yang lebih rajin? Penggunaannya akan lebih efisien saya rasa.
Ah, sok rajin lu!
Ya, yang komentar seperti ini pasti selalu ada. Ngomong2, pernahkan kamu menyadari kalau untuk setiap kesempatan menjadi mahasiswa yang terpilih untuk berkuliah (terutama di universitas negeri) kamu telah menghilangkan kesempatan entah berapa puluh orang lain untuk mendapatkan pendidikan baik dengan biaya (relatif) terjangkau?
Ambil contoh jurusan saya, pendidikan Bahasa Inggris UPI. Jika rasio kelulusannya adalah 1 : 20, maka dengan jadinya saya menjadi mahasiswa UPI jurusan pendidikan Bahasa Inggris, saya sudah menghilangkan kesempatan 20 orang lain untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Lah kalau yang 20 orang ini tahu bahwa yang satu orang ini malas-malasan, bagaimana perasaan mereka? Bagaimana perasaan kamu?
Saya sendiri pernah gagal ujian masuk salah satu universitas negeri yang sangat-sangat saya inginkan. Oh-let-me-be-frank, saya gagal masuk FSRD ITB 2007 dan sebal sekali rasanya melihat orang yang membuang-buang kesempatan. Serasa ingin mengutuk mereka supaya sembelit berhari-hari agar mereka segera tersadar.
Jadi bagaimana dong?
Ya kuliah lah yang benar! Jangan mengeluhkan kuliah. Kalau kamu mau hasil yang professional ya jadilah professional. Jadilah mahasiswa pro. Kita dapat yang kita harapkan kan? Kalau malas-malasan memangnya apa yang mau didapat dari kuliah? Kalau memang malas kuliah lebih baik langsung asah keahlian di bidang yang sangat sukai lalu cari gig freelance saja, meniti karir dari awal – dan langsung dapat duitnya.
Saya tahu kalau saya akan menjadi sangat hipokrit dengan menuliskan hal ini karena saya pencapaian saya di bidang akademik juga belum maksimal-maksimal amat, mengingat banyaknya project kiri-kanan yang lalu lalang di kehidupan saya. Tapi saya akan mencoba melakukan yang terbaik. Menuliskan apa-apa yang saya ingin capai (termasuk mengkritik sesuatu yang kemungkinan bisa saja saya lakukan) adalah salah satu cara saya melakukan peningkatan, jadi kalau saya menasehati orang tapi saya melakukan hal yang sama kan ngerakeun pisan.
Jadi mari sekolah yang serius. Saya pribadi memiliki beberapa kekecewaan terhadap pendidikan yang sekarang -kutukan perfeksionis- tapi kalau mengingat ada jutaan orang lain yang berharap mereka dapat bersekolah namun memiliki keterhambatan, kok rasanya jahat sekali kalau saya menyia-nyiakan kesempatan yang saya punya.
Kedepannya bisa saja kita harus menentukan pilihan seperti menunda atau menghentikan pendidikan demi petualangan lain yang akan lebih bermanfaat untuk orang banyak, seperti yang dilakukan Steve Jobs dan banyak pengusaha Sillicon Valley lain. Tapi selama pilihan itu belum hadir, ya jalani saja yang ada dulu dengan serius.
Selamat berkuliah!
P.S.
Semester baru akan segera dimulai dan saya merasa sangat excited. Materi perkuliahan sudah mulai “berat” dan project sedang banyak. Saya lebih pilih capek setelah habis-habisan mengerjakan semua yang bisa saya kerjakan (dan saya senangi) daripada capek tidak melakukan apa-apa. Mari kita lihat hasilnya satu semester kedepan. ๐
Get busy living or get busy dying.
Anyway, terima kasih untuk teman-teman yang sudah berkomentar di status saya mengenai hal ini ๐
like this deh..semangat brother,,..
Trims ๐
Sepertinya harus Fikri yang jadi dosen ini, biar mahasiswanya berpola pikir seperti kamu! ๐
Someday I will, setelah keuangan tidak jd masalah saya mau “back to school to teach” ๐
Haha.. pola pikir yang sama brad, apalagi setelah tau susahnya cari dana hidup dan melihat perjuangan orang tua yang menghidupi anak-anaknya ๐
Cuma mengeluh kenapa harus 4 tahun kuliah itu kalau tidak kan ga 8 semester mesti mengeluarkan biaya yang cukup besar lol
Trying to be better always ๐
Yoi brad. Kalo udah tau gimana rasanya nyari duit sampe begadang2 gitu tau lah ya rasanya, wkwk LOL
bener banget tuch.. aku rasanya juga pengen ngutuk orang” yang ud dkasih kesempatan tuk lanjut sekolah lagi kejenjang yang lebih tinggi tapi mereka malah ndak ad semangat buad sekolah lagi alias malas”an.. ditambah lagi taun nie aku loem dapat kesempatan buad lanjut sekolah lagi sesuai yang aku cita”kan.. en ud ngerasain bila cari uang untuk memenuhi kebutuhan sendiri memang ndak gampang…
rasanya begitu rindu sangat pengen cepat” dapat lanjut sekolah lagi… mohon do’anya buad semua.. n_n’
Wah, thanks untuk sharingnya. Semoga segera dapat dana untuk pendidikannya dan dapat segera melanjutkan pendidikannya ๐
apakah mahasiswa itu cuma buat kuliah? hehe
sama nih fik, semester ini lagi sibuk2nya banget, curiga makin kurus aja, hahaha
Memangnya apalagi tujuannya selain kuliah? Saat mengisi formulir pendaftaran masuk universitas itu supaya bisa kuliah kan? ๐
dalam tridharma perguruan tinggi poin ketiga saja, mahasiswa harus dapat mengembangkan masyarakat.
kalo cuma duduk manis dan menerima kuliah saja di kelas, apa bedanya mahasiswa dan siswa?
kalau cuma duduk manis dan menerima kuliah saja, bedanya adalah mahasiswa “tampak” lebih dewasa padahal mah ngga juga ๐
yap, pemberdayaan masyarakat. cuma gue ngerasa kalo jadi “mahasiswa doang” kurang powerful deh. Harusnya kita jadi “lebih” dari “sekedar” mahasiswa. I don’t know, just my personal thought anyway ๐
Halo,
Salam kenal. Kami suka dengan tema tulisan kamu tentang pengalaman kamu di ITB.
Begini, LPM ITB sedang membuat situs antarmuka untuk menjembatani mahasiswa- alumni ITB, dengan siswa SMU dari seluruh Indonesia, yang berminat ke ITB, untuk bisa bertukar informasi. Tujuannya, adalah untuk mengurangi kasus โsalah pilih jurusanโ sebelum memutuskan masuk ke ITB, juga membuat siswa SMU mengenal lebih dekat kehidupan mahasiswa ITB, dengan harapan, mereka bisa mengoptimalkan waktu belajarnya di kampus.
Kami berusaha untuk mengurangi bias informasi seputar jurusan di ITB, bagi siswa SMU, sehingga mereka punya spektrum yang luas dan berimbang seputar disiplin jurusan, bahkan aktivitas mahasiswa ITB.
Kalau Kamu bersedia, silakan berkunjung, berdiskusi, berbagi, dan jangan lupa untuk menjawab keingintahuan siswa- siswa SMU dari seluruh Indonesia, tentang ITB.
Oh iya, tulisan ini juga bisa lho, kalau mau diposting .
Regards,
Layanan Produksi Multimedia ITB
Halo, salam kenal juga. Wah, juragan2 dari ITB sampai datang nih. Tapi sayang komentarnya komentar template yang tinggal copy paste. Dear my ITB admin friend, if you want to comment in someone else’s blog, don’t use spammy-template comment ๐