Salah satu CD yang saya beli bulan ini: album terbaru Coldplay, Mylo Xyloto (IDR 85,000 di Duta Suara Music, Paris van Java, music store favorit saya di Bandung). Saya suka Coldplay karena musiknya yang simple tapi indah + dalam dan keberaniannya membuat satu tema pada albumnya yang membuat nuansa di album tersebut benar-benar berbeda namun masih terasa ke-Coldplay-an nya. Well, alasan yang terakhir itu baru terasa oleh saya sejak mereka merilis Viva la Vida or Death and All His Friends yang sangat radikal tapi awesome sih.
Setelah saya dengarkan berulang-ulang selama lebih dari satu pekan, kesimpulan saya terhadap Mylo Xyloto: tidak seradikal Viva la Vida or Death and All His Friends, tapi terdengar berbeda dari album-album sebelumnya. Lebih elektronik dengan suara synth dimana-mana. Nuansa cover art-nya memberi kesan psikadelik namun musiknya tidak se-psikadelik yang saya bayangkan. Lagu favorit saya:
- Hurts like heaven
agak elektronik-elektronik gimana gitu. Lagu pembuka yang bernada cheerful meskipun liriknya tidak demikian. - Paradise
Paraa…. para…. paradise…… masih terngiang-ngiang. Lagu ini agak membuat high dan surreal. Coldplay memang juara jika sudah ada singalong-able choir-nya begini. Intro-nya agak – agak mirip movie score film china klasik begitu. - Every Teardrop is A Waterfall
Lagu sedih tapi iramanya rancak. Piye iki. - Princess of China
Serasa mendengar Viva La Vida tapi pesannya berbeda. Me gusta. - Up in Flames
Santai dan menghanyutkan. Falsetto-nya enak sekali.
Sudah dengar Mylo Xyloto?