Beberapa hari yang lalu kakak saya mulai menggunakan BlackBerry. Saya jadi teringat salah satu becandaan saya dengan seorang teman: saya menggunakan BlackBerry saat teman-teman sebaya belum menggunakannnya dan saya meninggalkan BlackBerry saat semua orang memiliki BlackBerry. Jadilah saya tidak pernah tahu kabar terkini karena mayoritas inner circle dan keluarga saya memiliki BlackBerry dan mereka membuat grup untuk hampir semua hal. Grup teman-teman SMA, grup genggong, grup keluarga, dan daftarnya pun memanjang. Saya selalu ‘ketinggalan’ dalam hal tertentu.
Sempat terpikir untuk menggunakan BlackBerry lagi namun saya teringat alasan saya meninggalkan BlackBerry:
- Ada saat-saat dimana saya tidak ingin dihubungi. Ada waktu (terutama sebagai freelancer) dimana selalu available untuk dikontak itu tidak menyenangkan. Waktu untuk bekerja itu ya bekerja sementara waktu untuk beristirahat itu ya untuk beristirahat. Untuk korespondensi gunakan email, jika urgent sekali silahkan telpon langsung saja sekalian.
- Crappy mobile browser. Membuka laman web menggunakan browser BB itu selalu menyebalkan. Fancy javascript effects break. Masalahnya, situs mana yang hari ini tidak menggunakan javascript?
- Bloated UI.
- Sistem paket data yang tidak sederhana. Paket gaul, paket full service, paket office. Membingungkan. Saat saya menggunakan paket full service dan ingin memaksimalkan paket tersebut pun, experience dalam menggunakannya tidak menyenangkan. Jadi berasa rugi. Hint: baca lagi poin “crappy mobile browser”.
- Another number to remember. Nomer pin? Berbagai nomor penting saja dari dulu saya tidak hafal-hafal.
- Dan yang paling monohok, selalu dapat menghubungi teman / rekan / kolega kapanpun saya mau itu menyenangkan, tapi sesuatu yang ‘unlimited’ selalu membawa sisi buruk: kebanyakan percakapan merupakan percakapan yang tidak terlalu penting namun selalu ingin segera dibalas. Saya berada di suatu tempat bersama teman-teman tapi pikiran saya berada di tempat lain. Serasa tidak benar-benar hadir di satu tempat. Rasanya melongo sendiri sementara teman / keluarga kamu asyik sendiri dengan BBM itu tidak menyenangkan. Saya tersadar jaman-jamannya dulu asyik menggunakan BB, hal ini merupakan sesuatu yang sering sekali saya lakukan. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Meskipun hal ini tidak berarti semua pengguna BlackBerry melakukan hal serupa, saya memilih untuk meninggalkan BlackBerry saja sekalian. I made a call.
Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa BlackBerry itu tidak baik. Sebagai productivity tools, dalam banyak kasus, BlackBerry merupakan device yang sangat powerful dan berguna untuk meningkatkan produktivitas. Tapi sebagai gaya hidup, saya mencoba menyampaikan apa yang sudah saya alami dan rasakan saja berdasarkan pengalaman saya. Jika kamu merasa tulisan saya ini ada manfaatnya, silahkan jadikan sandaran. Jika kamu merasa apa yang sampaikan tidak benar, itu merupakan hak kamu untuk memiliki pendapat yang berbeda. I’m okay with differences, tho. 🙂
Memang tidak mudah berlayar ke selatan saat semua orang berjalan ke utara. However, life’s still good and i survive it. Bisa-bisa saja ternyata.
Tips kalau mau nyaman :
a. Jangan instal Twitter, FB dan socmed lainnya ( ini instal di Android atau iOs Devices aja)
b. Jangan masuk BB Group apapun.
c. Jangan sebarin PIN, dan jangan berusaha inget PIN orang.
d. Batasin kontak di BBM, delete yg suka broadcast message
d. Pakai BB hanya untuk cek email kerjaan ( langganan yg email dan BBM only)
Dijamin nyaman 🙂
Kalau menjalankan tips-nya Pak Agus ini, value-nya BB jadi percuma dong dan harus menggunakan dua device (yang satu untuk internetan dengan asumsi BB hanya untuk BBM saja). Mending tukar guling ke android atau iOS, lalu gunakan sms saja 🙂
Dari diskusi yang diselenggarakan StartupAsia kemarin, pengguna BB di Indonesia mayoritas (96%) menggunakan paket gaul, dan sisanya menggunakan paket full service atau apalah itu istilahnya. Kalau tidak salah, paket gaul itu paket yang bisa bbm-an, twitteran, fesbukan tapi gak bisa internetan via browser itu kan ya? Jadi dari angka itu, apakah bisa disimpulkan bahwa pengguna BB di Indonesia mayoritas merupakan pengguna BB sebagai gaya hidup, yang bisa chit-chat via apps? What do you think?
PS: CMIIW about that number
IMO, memang mayoritas menggunakan BB untuk ‘gaya hidup’ saja sih 🙂
apakah BB masih bisa dikatakan “smartphone” lagi, ketika salah satu teman saya mau buka kaskus via browser BB, tapi gak bisa kebuka? akhirnya temen saya buka kaskus pake laptop deh..
Pertanyaan saya:
1. Langganan paket full service g?
2. Sudah tahu belum kalau domain kaskus yang beralamat di kaskus.us berpindah jadi ke kaskus.co.id?
😉
Kayaknya bener deh, BB kalau BBM nya gak dipakai ya kayak hape biasa. Soalnya, banyak temen aku yang hape BB nya cuman buat BBMan doang. Mereka biasanya buang-buang duit buat beli lebih dari satu hape.
Itu pain point-nya + strength-nya BB 🙂