Sudah lebih dari setahun semenjak saya memutuskan untuk mengurangi penggunaan produk bajakan. So far so good. Meskipun saya belum bisa mengurangi penggunaan film bajakan, Alhamdulillah setidaknya saya sudah bisa relatif terbebas dari penggunaan apps dan musik bajakan. Berbicara mengenai musik, dulu saya pikir akan sangat sulit sekali untuk mengurangi penggunaan musik bajakan mengingat kultur “search & download dari situs download” dan “copy dari hardisk teman” yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat. Faktanya, setelah satu tahun, ternyata bisa kok mengurangi penggunaan produk bajakan. Tercatat hanya ada 650 lagu sebesar 4.67 GB di iTunes library saya:
Bagaimana caranya?
Siapa tahu teman-teman berminat untuk melakukan hal serupa (mengurangi penggunaan musik bajakan), berikut ini adalah hal-hal yang saya lakukan untuk mengurangi penggunaan musik bajakan:
- Miliki alasan yang kuat untuk mengurangi penggunaan produk bajakan
Apa alasan kamu? Kalau tidak ada alasannya ya melakukan ini akan menjadi susah. Salah satu alasan saya untuk mulai mengurangi penggunaan musik bajakan adalah i don’t feel good about using pirated stuff for working purpose. Saya mendengarkan musik saat bekerja dan saya ingin penghasilan hasil saya bekerja halal sehalal mungkin. Mendadak kok saya merasa tidak fair ya jika saya mendapatkan suasana bekerja yang nyaman karena musik yang saya dengarkan, tapi musik yang saya dengarkan itu hasil mencuri / membajak / menggunakan yang bukan hak saja. Thus, i made this quite bold decision. - Start from the scratch
Titik balik saya untuk konsisten menggunakan musik legal adalah ketika saya mulai menggunakan MacBook Pro 13 inch. Alih – alih meng-copy seluruh file musik yang saya punya dari netbook Dell mini saya, saya hanya meng-copy file – file musik yang saya tahu saya dapatkan dengan cara yang fair. Saya ingat sekali tiga musisi yang saya masukan lagunya ke MacBook saya: Navicula dan Kripik Peudeus yang saya beli CD-nya beberapa tahun silam dan Adhitia Sofyan yang lagu-lagunya memang dibagikan secara bebas oleh artis yang bersangkutan. - Jangan kelola musik di folder
Kelola koleksi musik menggunakan app yang memiliki fasilitas music library. Saya pribadi memilih iTunes. It’s fast, it’s intuitive, and it works seamlessly with my mobile gadgets. Selalu import music ke library iTunes dan biarkan iTunes yang mengelola koleksi musik kamu. - Konsisten dan kreatif
Musik legal (relatif) pricey, saya tahu itu. Jika membayangkan proses kreatif dan dana yang dibutuhkan artis untuk menghasilkan karya tersebut, saya pribadi jadi relatif maklum lah. Tapi bukannya tidak ada jalan lain. Saat ini saya mengalokasikan dana untuk membeli 2 – 4 CD tiap bulannya namun diawal-awal keuangan saya sangat terbatas saya tidak memiliki budget yang memadai untuk membeli CD setiap bulannya. Yang saya lakukan untuk mensiasati ini adalah mencari musisi yang memang membagikan karyanya secara gratis. Ada lumayan banyak kok musisi (biasanya indie) yang membagikan beberapa albumnya secara gratis. Contohnya Pandji Pragiwaksono, Adhitia Sofyan, dll. Ada banyak juga situs yang mengkurasi karya-karya gratis dari berbagai musisi seperti Free Music Archive dan NoiseTrade. Solusi lain dengarkan melalui situs-situs video / audio streaming seperti YouTube, Grooveshark atau ToneHighway. Dulu terkadang saya download saja sekalian video clip-nya. Asumsi saya, video clip kan dibuat untuk promotional content, CMIIW :p - Jangan memasukan musik bajakan ke dalam library music player kamu.
Saya terkadang masih mendegarkan musik – musik yang bisa dikategorikan sebagai bajakan. Namun, saya tidak melakukan hal ini secara terus menerus. Download, dengarkan (pastikan bukan disaat bekerja) sebatas untuk tahu atau biasanya untuk mengulik lagu, lalu hapus. Akhir-akhir ini, daripada mendownload musik yang bukan milik saya, saya lebih cenderung mendegarkan musiknya melalui YouTube sih.
Lima hal tersebut merupakan langkah-langkah sederhana yang saya lakukan untuk mengurangi penggunaan musik bajakan. Langkah-langkah ini bekerja dengan baik dan yang terpenting bagi saya adalah membuktikan bahwa mengurangi penggunaan musik bajakan itu sesuatu yang achievable dan do-able. Yes it’s quite damn hard, but it can be done. 🙂
Bagaimana dengan kamu? Masih menggunakan musik bajakan? I don’t judge people, but i’ll love to hear your story. 🙂
Setelah beberapa lama, akhirnya gue nemu alasan yang pas. Sebenernya ini dari Mike Shinoda, Linkin Park sih. Dia bilang kalo kita beli lagu-lagu mereka secara legal, itu artinya kita memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa teus menghasilkan karya-karya yang menghibur kita.
Alasan itu menurut gue pas sekali karena efeknya kembali ke kita sendiri. Kalo kita gak dukung mereka dengan membeli karya mereka dengan legal, musisi hebat itu bisa `mati` dan belum tentu karya-karya hebat mereka bisa diciptakan oleh musisi-musisi lainnya.
Ha, itu juga satu alasan yang gue rasain. Gratisan cenderung ngga dihargai dan membayar untuk karya si musisi merupakan salah satu cara untuk ngerasa “connected” dengan karya yang kita dengarkan tersebut. Beda banget rasanya ngedengerin sesuatu yang simply lu copy dengan ngedengerin yang buat lu miliki harus ngeluarin sejumlah biaya dulu. Lebih sayang rasanya XD
salut untuk mas Fikri.
i thing,
banyak orang (termasuk saya) beralasan untuk tidak beranjak dari kebiasaan menggunakan content bajakan dikarenakan faktor lingkungan yang telah menghalalkan bajakan untuk dikomsumsi.
A : eh loe kenapa sih nggak coba untuk menggunakan content yang tdk bajakan.
B : alaaa…h biasa ini.
A : Berubah dong!
B : susah bro.
A : susah knp??
B : susah ngelawan kebiasaan n dah “lingkungan” gua udah pada biasa ini.
the end
jd saya pengen coba juga nih saran dari mas Fikri.
::::
“bad boy” keren adalah orang merubah lingkungan bukan lingkungan yang merbuah nya.
Kalau saya sih usaha dulu semaksimal mungkin. Semaksimal mungkin, jangan bilang “saya sudah mencoba semuanya” kalau memang belum mencoba semua opsi yang ada.
Hasilnya bukan urusan saya. Usaha saja dulu 🙂
Kalo saya sih cenderung beli CD ori ketimbang download iTunes, soalnya konten musik dalam CD tuh punya kualitas lebih bagus lah (generally in
.wav
instead of.mp3
), bisa dibilang kualitas asli dari mixing-mastering studio… feel waktu ngedengerinnya beda……plus, buat saya, ada asyiknya sendiri punya artwork asli, bisa dibolak-balik pas nganggur, ngerasa punya sesuatu tersendiri yg gak dipunya para mp3-downloader, banyak lah pokoknya, yah dapet feel tersendiri juga lah punya physical booklet itu… sedikit banyak, sebagian besar artwork itu juga termasuk karya seni kan……
PS. Looking at your Mylo Xyloto CD in those stack, let me tell you “I love that album in a whole”… haha
Saya juga seringnya beli CD lalu di-rip ke iTunes sih. Mau beli di iTunes… akun-nya akun ID XD
Enaknya… bisa dimainkan pas lagi nyetir :)) Emang beda juga sih rasanya, berasa art banget gitu :))
Ah, Mylo Xyloto. Favorit saya Hurts like heaven, Paradise & Every Teardrop is a waterfall XD
Mari kita berantas pembajakan sedikit demi sedikit walaupun kita harus melawan arus lingkungan yang mayoritas adalah pembajak
Buat saya, memberantas pembajakan itu uncontrollable. Lebih controllable membenahi diri, lalu menginformasikan apa yang saya lakukan kepada orang lain, siapa tahu mereka jadi tergerak juga. 🙂
Pertama sistem operasi, software, musik lalu film. Dan itu memang susah seperti melewati masa SMA, berjuang lulus kuliah lalu mencari pasangan hidup. #eaa
Apeu :))