3 idots. image by im.srdash's flickr account

image credit: im.srdash

Di saat sekolah menengah dahulu, saya sering tidak menanggapi dengan serius perkataan orang-orang tua yang berujar “kalian adalah penerus bangsa”, “kalian adalah masa depan indonesia”, dan sebagainya dan sebagainya. Masa depan dari mana? Orang sekarang saja terperangkap di tengah hutan belantara begini (untuk lebih jelas anda bisa baca sedikit cerita tentang latar belakang saya).

Bertahun-tahun waktu berlalu, dan sekarang sedikit demi sedikit saya mulai memahami perkataan itu. Tidak perdulu sehebat apapun seorang manusia / sistem, kita semua dibatasi oleh batas bernama kematian.

Sekokoh apapun kekuasaan orde baru di tahun 1980, pada akhirnya rontok juga.

Sekokoh apapun kedigdayaan Inggris di abad 18-an, akhirnya peta dunia berubah juga.

Itulah mengapa sebrengsek-brengseknya para eksekutif korup yang menduduki pemerintahan sekarang, mereka memiliki ‘batas’ mereka masing-masing. Cepat atau lambat mereka akan tergantikan. Jika kita perduli terhadap masa depan negeri ini, maka hal terbaik yang dapat kita lakukan a dalah mempersiapkan “pemuda” dan “bibit-bibit baru” yang akan menggantikan mereka.

Melalui pendidikan.

Pendidikan yang tidak berorientasi kepada ijazah.

Pendidikan yang menciptakan manusia yang tidak memberhalakan harta, jabatan, dan kekuasaan.

Pendidikan yang menciptakan manusia yang mencintai orang lain lebih daripada mencintai dirinya sendiri.

Sekarang pertanyaannya, sudahkan negeri ini memilikinya?