image credit: im.srdash
Di saat sekolah menengah dahulu, saya sering tidak menanggapi dengan serius perkataan orang-orang tua yang berujar “kalian adalah penerus bangsa”, “kalian adalah masa depan indonesia”, dan sebagainya dan sebagainya. Masa depan dari mana? Orang sekarang saja terperangkap di tengah hutan belantara begini (untuk lebih jelas anda bisa baca sedikit cerita tentang latar belakang saya).
Bertahun-tahun waktu berlalu, dan sekarang sedikit demi sedikit saya mulai memahami perkataan itu. Tidak perdulu sehebat apapun seorang manusia / sistem, kita semua dibatasi oleh batas bernama kematian.
Sekokoh apapun kekuasaan orde baru di tahun 1980, pada akhirnya rontok juga.
Sekokoh apapun kedigdayaan Inggris di abad 18-an, akhirnya peta dunia berubah juga.
Itulah mengapa sebrengsek-brengseknya para eksekutif korup yang menduduki pemerintahan sekarang, mereka memiliki ‘batas’ mereka masing-masing. Cepat atau lambat mereka akan tergantikan. Jika kita perduli terhadap masa depan negeri ini, maka hal terbaik yang dapat kita lakukan a dalah mempersiapkan “pemuda” dan “bibit-bibit baru” yang akan menggantikan mereka.
Melalui pendidikan.
Pendidikan yang tidak berorientasi kepada ijazah.
Pendidikan yang menciptakan manusia yang tidak memberhalakan harta, jabatan, dan kekuasaan.
Pendidikan yang menciptakan manusia yang mencintai orang lain lebih daripada mencintai dirinya sendiri.
Sekarang pertanyaannya, sudahkan negeri ini memilikinya?
Rindu sekali dengan sekolah yang seperti itu Mas. Membayangkan suatu saat orang-orang seperti Mas Fikri dan saya bisa bergabung mengajar dalam sekolah yang berbasiskan passion. What a wonderful! 😀
Amen. Hihi, saya juga ada pikiran ke arah sana. Passion-based education. Pendidikan yang lebih fleksibel. Akan saya posting lagi kedepannya.
Anyway, mengenai topik kuliah sambil freelancing itu punten sekali saya belum bisa tulis, soalnya ada perubahan pemahaman, lagi ada cobaan juga atas apa yang saya yakini selama ini :p
kak fikri saya mahu tanya ,pendidikan tanpa biaya apa bisa ,kalau kita mahu mempelajari hal besar
1. biaya operasional pendidikan yang berkualitas memang besar. we have to face that.
2. di Indonesia itu banyak sekali orang kaya.
3. Indonesia itu negara kaya.
4. Seharusnya, pendidikan tanpa biaya bisa dilakukan dengan konsep subsidi silang.
Pertanyaanya: apakah pendidikan tanpa biaya efisien? Saya pernah bersekolah di tempat yang dalam konteks tertentu bisa dibilang pendidikan hampir tanpa biaya. Hasilnya? Murid-murid jadi seenaknya karena tidak punya beban.
Kadang2 beban membuat orang jadi lebih baik 😉
sore mas fikri..(hehehe…aq nulisnya sore sebabnya ;b)
klo aq ckp bersyukur punya ortu yg bs menekankan pendikdikan itu penting..
klo ngarep dari negara..rada ribet deh…bisa2 gak belajar..hehehe…
masalah pendidikan nie aku bersyukur buangtz ortuku bisa ngedukung aku untuk skolah kejenjang yang tinggi meski mereka berdua bekerja keras tak peduli siang malam hany antuk aku seorang .nd meski kaya papa aku cuma lulusan SD but mama aku lulusan SMA Perbedaan inilah yang inginkan mereka untukku jadi orang sukses,,,amin,,,
majidu lukman..
bisa…
pendidikan hanya perlu seragam saja..
film 3 idiot cb liat..
tmn sy lbh hebat dr itu, bahkan tmn sy bs kul mengambil 2 jurusan dgn biaya sendiri…
mmg orgnya LEBIH HEBAT dr mhsiswa umumnya..
dy cew sy mas, bahkan mungkin pengetahuan sy 1/8 dr cew sy..
ayo semangat..
sy sadar betapa pentingnya pendidikan, namun usia sy menginjak 23 thn..tp tak ada salahnya kita semangat..tidak ada kata terlambat untuk mencaqri ilmu..