Mendapatkan Kompetensi Sarjana MIT Dalam Waktu 12 Bulan

by | Sep 13, 2013 | Essays | 2 comments

Kemarin gue dapet tugas nge-review video ini dari kantor, dan buat gue video ini menarik banget. Beberapa poinnya:

  • Scott Young ingin memiliki kompetensi sarjana computer science MIT (ITB-nya U.S.) tanpa harus kuliah di MIT karena dia udah kuliah 4 tahun di bidang commerce & business. Dia ngga punya dana dan waktu lagi untuk kuliah full selama 4 tahun lagi.
  • Untungnya, MIT ngepublikasiin materi kuliah dan kurikulumnya secara gratis. Dia (Scott Young) kumpulin apa aja yang harus dipelajari dari kurikulumnya MIT, lalu kumpulin materi-materi yang dibagikan secara gratis oleh MIT, dan beli semua reference book yang dibutuhkan.
  • Dia ngebuat goal yang jelas: lulusan MIT kan bukan sekedar kuliah di kelas tapi juga pengalaman-pengalaman lain. Untuk project kali ini dia membatasi goalnya menjadi 1) lulus ujian yang diambil oleh mahasiswa MIT, dan 2) melakukan project programming yang dilakukan oleh mahasiswa MIT.
  • Dengan dua goal ini, dia melahap semua materi yang ada. Dia manfaatkan timelog untuk ngeliat waktu yang dia gunakan untuk belajar.

Menariknya, Scott Young bisa menyelesaikan materi 4 tahun MIT dalam waktu 12 bulan saja. Secara biaya, dia cuma habis 1/100 biaya mahasiswa yang kuliah di MIT. Hipotesis dia: orang kuliah lamanya bukan buat belajar, tapi buat hal-hal trivial seperti dateng ke kelas, fotocopy paper, liburan, dan hal-hal lainnya. Sama kaya orang kerja 9-5 tapi dia sebenernya ngga benar-benar kerja selama 8 jam kok.

This is mindblowing. Proses belajar itu bisa lebih cepat andaikata prosesnya dibuat lebih efisien.

Untuk cerita lengkapnya, gue saranin tonton video TED-nya Scott Young diatas deh. Tapi sebagai penutup, Scott Young percaya kalau perubahan dalam dunia pendidikan yang dimungkinkan oleh teknologi, ngga akan terjadi dalam level institusi. Alih-alih, dia percaya kalau perubahan dalam dunia pendidikan yang dimungkinkan oleh teknologi, akan terjadi di level siswa itu sendiri. Siswa yang jengah ingin belajar hal-hal yang menarik minatnya, tapi tidak difasilitasi oleh pendidikan formal. Self education. Belajar mandiri. Hal yang dimungkinkan dengan berlimpahnya informasi dan materi di internet. Tinggal si siswanya apakah punya keinginan dan determinasi yang kuat untuk belajar secara mandiri. Fasilitasnya ada dan melimpah ruah.

Wow, just wow.

2 Comments

  1. @kapkap

    “Tinggal si siswanya apakah punya keinginan dan determinasi yang kuat untuk belajar secara mandiri. Fasilitasnya ada dan melimpah ruah.”

    Gw setuju banget sama yang ini. Gw ada mahasiswi, semester 6 sekarang (masuk semester 7.) Yang bikin gw heran, anak ini udah masuk fase skripsi, tapi masih rajin ikut kompetisi bisnis dimana-mana (terakhir dia ke HongKong untuk ikutan final kompetisi business plan) dan magang di P&G, masih sempet ikutan acara-acara seminar P&G, DAN ikutan kegiatan Indonesian Youth pula.

    Gw heran, karena selama gw liat anak-anak mahasiswa, rasanya mustahil aja liat seorang mahasiswa semester 7 bisa ikut kegiatan seabrek gitu dan masih bisa berprestasi (gw udah kasih tau kalo IPK dia selalu di atas 3.6 dari tahun pertama? Krik banget.) Pas gw tanya, ternyata karena anaknya emang minat, dan dia juga ga tertarik sama hal yang “aneh-aneh” macem hedon ga karuan sana-sini (dan itu hal yang langka, mengingat anak-anak kampus sini diberkahi materi tak terbatas oleh orangtua mereka.)

    “Lah, sosialisasi kamu gimana? Ga dijauhin temen?” gw tanya.

    “Temen yang kaya gimana, miss? Kalo temen yang maunya nongkrong ga jelas, ya jelas jauhin aku, hehehe.”

    Damn… Dalem.

    Dan temen-temen dia emang temen-temen yang baik-baik. Yang tau kapan bersenang-senang dan kapan serius (dan temen-temennya sama ‘antik’nya kaya dia.)

    Rasa penasaran gw kejawab ketika dia nulis status.

    “Ketika nanti saatnya aku dipanggil di depan Tuhan Yesus — (kebetulan dia Kristiani) — dan ditanya olehNya apa yang telah aku lakukan di dunia, aku bisa menjawab bahwa aku tidak menyia-nyiakan barang sedikitpun anugerah yang diberikan olehNya.”

    That’s the power of will for us. Manusia mah kalo emang mau dan niat, Insya Allah ngebelah langit juga bisa 🙂

    • Fikri Rasyid

      “Temen yang kaya gimana, miss? Kalo temen yang maunya nongkrong ga jelas, ya jelas jauhin aku, hehehe.”

      Ini keren banget mbak, aseli 😀

      Terus yang ini:

      Manusia mah kalo emang mau dan niat, Insya Allah ngebelah langit juga bisa 🙂

      Jadi inget tulisan mbake tentang ibu-ibu yang nanya apakah mereka udah jadi ibu yang baik atau belum XD