Saya memaknai portofolio sebagai karya yang sudah dibuat oleh seseorang, entah apapun itu bentuknya.

Ada yang pernah bertanya begini: “Eh fik, lu dapet proyek gimana caranya?“. Saya jawab “kliennya datang sendiri“. Tiba-tiba saja mengirim email dan menanyakan apakah saya bisa melakukan ini itu, dst.

Loh, kok bisa begitu? Caranya bagaimana?” FYI, bidang yang saya kerjakan sekarang adalah WordPress theme development atau sederhananya merubah desain (umumnya dalam format .PSD) menjadi WordPress theme yang siap pakai. Yang saya lakukan hingga tiba-tiba ada yang mengirimkan email menawarkan project (tanpa bertujuan apapun, waktu itu, totally just for fun at that time):

  • Memuat free themes yang bebas di-download
  • Membuat sendiri themes untuk blog saya. Di footernya saya buat notifikasi semacam “designed & developed by Fikri Rasyid” ditambah link ke halaman about me
  • Menulis tutorial-tutorial seputar WordPress theming

Itu portofolio saya.

Dari situ satu klien datang dan saya kerjakan project-nya. Klien tersebut puas. Ketika temannya yang lain memiliki kebutuhan yang sama bertanya kepada klien saya ini bagaimana dia membuat theme-nya itu, klien saya ini merekomendasikan saya kepada temannya. Project lain datang lagi. Puaskan klien yang ini. Dan begitu seterusnya. Pekerjaan-pekerjaan yang berhasil diselesaikan ini menjadi portofolio yang bisa digunakan juga. Ketika calon klien lain menanyakan ini-itu, saya bisa bilang “cek situs ini, ini dan itu *sembari memberikan tautan*. Itu semua saya yang buat theme-nya“.

Sederhana.

Jika kamu sedang (atau akan) mencari project / kerjaan, jawaban dari pertanyaan ini akan sangat membantu:

Mana project / pekerjaan lain yang sebelumnya sudah kamu kerjakan karena calon klien / employer ingin mengetahui sejauh mana kemampuan yang kamu miliki?

Atau bahasa sederhananya, “Mana portofolio kamu?“.

Kalau belum ada, segeralah buat 🙂