Apakah alasan kita demikian aktif di situs jejaring sosial adalah karena sebenarnya kita… kesepian?
Tidak ada yang menghiraukan apa yang kita omongkan, itulah mengapa kita memutuskan untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan dalam status update di facebook.
Tidak ada seorang pun yang bertanya “how’s your day?” atau “bagaimana harimu?” atau “lu kenapa sih? kok murem gitu?” sehingga kita memutuskan untuk meneriakkan kegelisahan kita dalam 140-karakter tweet di twitter.
Atau mungkin kita terlalu malu. Adat timur yang kita anut melatih kita untuk nrimo, tidak membicarakan yang tidak penting sehingga semua yang kita anggap “tidak penting” itu berkumpul, menggumpal, dan meledak saat kita sudah tidak mampu lagi mendefinisikannya.
Coba lihat orang-orang terdekat kita.
Kita selalu bilang kita sayang mereka. Tapi coba pikirkan lagi, apakah kita tahu apa yang ada di dalam benaknya? Apa yang meresahkannya, dan apa yang benar-benar diinginkannya?
Atau kita tidak menyadari beban yang disandangnya karena ia menutupinya dengan keceriaannya?
Satu pertanyaan terakhir,
Apakah kamu bisa merasakan kesepian yang menggumpal di tengah kesemuan masyarakat kita?
woh .. ngena banget ..
jadi inget ‘serpihan’ lirik lagu Samurai7 – Unlimited
“How long have you come to bear the pain alone?
“How long have you hidden the loneliness in your eyes and smiled?”
satu lagi fik. untuk mencari dukungan ketika bermasalah dengan orang lain. kalau sy amati *tsahh*, gak sedikit orang-rang yang mempublish masalahnya itu di FB dan (sepertinya) mengharapkan komentar yang membesarkan hatinya dan mendukungnya.
bener aja, komentar seperti “sabar yah”, “Ih, biarin aja itu orang! Emang pada dasarnya sirik kok!”, “itu cobaan kamu say, supaya kamu lebih kuat”, atau komentar singkat “*hugs*” dan komentar sejenis mendominasi statusnya.
komentar seperti inilah yang seperti ente bilang, terkadang membuat social media user berpikir “ternyata di FB mah banyak yang merhatiin gue, di rumah ato temen deket gue mah gak merhatiin gue”
Saya gak bilang kalau komentar membesarkan hati itu salah. cuma, kalo gak hati2, itu bisa seperti mencelakakan. Kenapa ? karena bisa jadi dia lah yang salah.
orang terdekatnya (mungkin) “terlihat” tidak memperhatikan atau menudukungnya karena bisa jadi mereka tau bahwa dia lah yang salah. atau bahkan sudah menasehatinya tapi gak diterima. dan inilah yang (kadang) gak diketahui oleh oleh orang yang berkomentar di FB.
(mungkin) ada baiknya, seorang teman yang baik itu mau berbaik hati berbuat sedikit “jahat”, memberikan sedikit respon yang pedas dan lebih realistis agar mau insropeksi. tentus aja jangan berbuat ini di status nya. karena itu bisa dibaca semua orang lain, lebih baik dengan private message atu bahkan ketemu empat mata.
*worghhh panjang .. just my 2 cents anyway*
wah, kalau sudah sepanjang ini sih bukan 2 sen lagi gi *halah* :p
yap, memang sudah bawaannya manusia untuk menari dukungan, dan permasalahannya status2 / tweet itu belum tentu bisa memaparkan berikut dengan konteks permasalahannya dengan baik 😀
hmm…megang bgt blog loe ini ttg loneliness.
After reading this, (in fact) i feel that i’m not alone 😀
ehem…ehem…mau jujur nih
mgkn emg soal culture jg fik, “asian people tend not to open their emotional feeling openly” (Levine & Adelman. 1993). Senjata ampuhnya adalah SMILE yg dipake buat nutupin perasaan sedih (krn kesepian) dan segala pain.
Yup, ada jg yg blg lonely people goes to FB. Gak fb doank sih sbnernya, ada jg yg buka YM, MIRC, MSN, omegle ato apapun itu DEMI MENEMUKAN SESUATU UNTUK DIMAKAN DI DALAM KULKAS. hehehe…
Tp knyataannya qta selalu menenmukannya dlm keadaan kosong. NO ONE THERE TO TALK TO.
Gue trmsuk yg kyk gtu jg, bukan brarti gw gak py tmn ato sulit bersosialisasi, but it’s just i don’t find the right person to talk to.
Teman, mgkn segudang qta punya, tp yg bs selalu mengisi kesepian qta??? tanya pada rumput yg bergoyang…
loneliness…
when we are in a big parade and meet many people, but we still feel lonely and hollow.
life is so flat then…
you’re like drop in the ocean
Sbnrnya, dunia maya bs dijadiin alternatif buat ngobatin kesepian tp ga slamanya manjur. Kecocokan dgn lawan bicara pun jd pertimbangan.
Mulailah dgn menganalisis sp yg bs mengisi kesepian loe, even money can’t cure our loneliness.
I guess, you can share with me if you’re lonely or just need someone to talk to ^_^
Perhaps, people willl think that my welcome above indicates romantic interest inside implicitly. But, i don’t think so =)
Haha, kenapa ini mendadak muncul kulkas di konteks yang tidak tepat? Yep, kultur kita memang mendidik manusianya untuk “menekan” emosi hingga tanpa sadar meledak tak terkendali.
Well, internet ini memang membuka banyak sekali kemungkinan. Kita bisa aja punya temen ribuan di facebook / twitter, tapi berapa banyak yang “dekat” dalam arti sebenar2nya? 😀
Ihiy, sip lah. Kapan2 makan sorabi lah kita ska. Nyahaha 😀
Yang jelas saya tidak pernah beriteraksi dengan teman sehari-hari via facebook/twitter 😀
wah, kalau saya malah banyak. :p