Kapasitas Penyimpanan Yang Terbatas

by | Sep 9, 2012 | Essays | 2 comments

 

Kualitas gambar menawan yang dihasilkan kamera iPhone membawa efek samping dorongan untuk mengabadikan momen sebanyak-banyaknya. Masalahnya satu:

Kapasitas storage itu terbatas.

Terlebih lagi gue cukup freak mengenai penyimpanan foto yang notabene merupakan manifestasi dari ingatan gue akan suatu momen. Gue selalu sync foto-foto di iPhone ke MBP. Karena perilaku ini, ngga heran sisa ruang di hardisk MBP gue selalu di sekitar angka 20 GB ngga peduli bagaimanapun gue mencoba untuk menghapusi file dan apps yang ngga kepake. Damn it. Setelah selang sekian waktu, akhirnya gue jadi keinget kapasitas maksimal manusia dalam mengelola hubungan antar manusia yang dianalogikan sebagai memory card di buku The Start Up of You karangan Reid Hoffman dan Ben Casnocha:

Kemampuan manusia dalam mengelola hubungan antar manusia itu terbatas, ibarat liburan membawa kamera digital tanpa memiliki kesempatan untuk memindahkan isi memory card ke PC. Awalnya lu bakal ngambil foto sebanyak-banyaknya. Tapi begitu mulai penuh (sementara lu ngga bisa mindahin foto ke PC), lama kelamaan lu harus selektif dalam mengambil gambar. Yang oke simpan, yang ngga terlalu oke hapus. Untuk memberi ruang kepada hal baru masuk, lu harus membuang hal-hal lama yang ngga terlalu penting. Kalo ngga, ya lu stuck di hal-hal lama.

Pada akhirnya semua hal akan mentok kepada keterbatasan, entah apa itu batasannya. Kemampuan menentukan apa yang penting dan apa yang ngga terlalu penting (sehingga bisa menentukan yang mana yang harus dieliminir) menjadi kunci penting di era keberlimpahan informasi seperti sekarang ini.

Karena kalo lu ngga bisa selektif, ya kepenuhan terus. You have to make room by removing the old things so the new things are able to come.

le sigh

Update

Well, gue nemu beberapa link menarik seputar topik sejenis. Sesuatu yang bisa lu harapkan melalui web: ketika lu memikirkan sesuatu ada orang lain yang entah siapa dan dimana yang sedang memikirkan hal yang sama.

  1. [Sept 11th, 2012] – The End of Self Curation, oleh Cap Watkins

2 Comments

  1. Abdullah Adnan

    Benar juga dan pernah ngalamin juga, kalau datang ke acara-acara itu pokoknya harus ambil foto sebanyak mungkin, kuantitas gitu padahal belum tentu semuanya itu berkualitas.

    Mengenai ada orang lain yang mempunyai pikiran yang sama dengan yang kita pikirkan itu pernah ngalamin banget gue Kang Fikri, jadi ceritanya waktu smp kelas 1 gue kepikiran “kayaknya keren banget kalau laptop gak ada keyboardnya, jadi tinggal touch-touch gitu”, eh almarhum om Steve mengabulkannya. πŸ˜€

    • Fikri Rasyid

      Yap. Itu dia, ngga semuanya bagus tapi tetep aja disimpan.

      Banyak yang punya ide sama, tapi yang nge-eksekusi idenya biasanya hanya beberapa orang aja πŸ˜‰