Image is courtesy of psd
The world is still round, but the market is already flat.
Hermawan Kartajaya
Sooner or later, everything is going to be flat. Saya kira dalam hitungan tahun, kita akan hidup di era yang benar-benar “flat” dan “open”.
The age of Openness
Internet menghubungkan mata rantai yang selama ini terpisah secara geografis. Mencari informasi kini semudah googling dengan kata kunci yang tepat. Menyuarakan pemikiran kini semudah menulis 140 karakter dan menekan tombol “tweet”. Berkolaborasi pada satu dokumen dapat dikerjakan oleh dua orang yang berbeda lokasi tanpa perlu bertatap muka (seperti yang saya lakukan: saya belum pernah bertatap muka secara langsung dengan klien-klien saya).
Budaya keterbukaan
Britannica vs Wikipedia
Windows vs Linux
FireFox vs Internet Explorer
MovableType vs WordPress
dll
Manusia di era ini mengingkan keterbukaan. Lihat emerging products yang berkembang dan sangat hype baru-baru ini: iPhone, facebook dan twitter. Mereka meledak karena keterbukaannya (meskipun pada kasus iPhone keterbukaan tersebut sangat dibatasi) yang memungkinkan pengembang pihak ketiga membuat aplikasi yang dapat ditanamkan kepada ketiga platform tersebut.
Linux muncul karena adanya keinginan untuk membuat sistem operasi komputer yang terbuka. WordPress menjadi platform blogging paling populer saat ini karena keterbukaannya. Penolakan RPM konten, gerakan koin untuk prita, fenomena pembajakan, dll, coba hubungkan fenomena-fenomena yang terjadi akhir-akhir ini dengan keinginan manusia akan keterbukaan.
Wajah masa depan
Jika era keterbukaan benar-benar terjadi, satu hal yang terbayangkan oleh saya adalah banjir informasi. Informasi tentang apapun ada dimana-mana. Kita hanya “sejauh satu klik” dari apapun. Kabar baiknya: berbeda dengan era media massa tradisional, di era keterbukaan kita memiliki kemampuan untuk menentukan informasi apa yang akan kita konsumsi.
Ketika semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi dan pengetahuan, individu berkualitas dan yang tidak berkualitas akan sangat jelas terlihat. Yang membedakan mereka tinggal bagaimana mereka memanfaatkan sumberdaya informasi yang melimpah ini.
Yang membedakan mereka tinggal passion.
Mereka yang memiliki passion akan melejit di era keterbukaan. Mereka dapat dengan mudah mengakses informasi seputar passion mereka, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk membantu mereka melakukan hal-hal menakjubkan.
Mereka yang tidak memiliki passion, tetap tidak akan kemana-mana.
Bagaimana dengan anda?
setuju! emang bener, di era banjir informasi ini, informasi udah ga perlu lagi dicari, tapi perlu difilter!.. makanya kadang suka sedih kalo liat orang berjam2 duduk di depan internet cuma maenan game di facebook.. padahal stream informasi ada di depan mata lagi kenceng2nya, eh dicueikin aja… padahal informasi adalah cikal bakal ilmu n wawasan..
yap. Itulah mengapa saya percaya bahwa “bagaimana mengoptimalkan penggunaan internet” perlu dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan kita 🙂
Itu betul sekali kak Fik. Dan, yuk usahakan supaya generasi kita yang memulai, dan semua tidak perlu dimulai dari kebijakan pemerintah kan? kita generasi yang penuh solusi -ceilah :p
here’s the key question: caranya? 😉
Membangun dari lingkungan kita sendiri. Seperti contohnya mengadakan extra kurikuler utk anak SD-SMA dengan tingkat level berbeda, atau dengan diluar sekolah.
Tetapi kayaknya susah ya kak, dan perlu dukungan dari masyarakat luas juga untuk menjalankannya.
Intinya Ya harus mempunyai dukungan banyak, dan ada organisasi, kita namakan “Pendidikan Internet Indonesia” 😀
wow, nice thoughts. Kalau saya sih lebih pilih menyebarluaskan ide2 seperti ini melalui tulisan dan blog. membuat startup web yang fokus di bidang pendidikan mungkin? saya kurang suka dengan hal-hal yang birokratis sih. mending buat sendiri sekalian 😀
wahahaha. Intinya, semua cara berbeda, tetapi menuju arah yang sama 😀
Future, Mempunyai arah informasi yang unlimited terhadap para pengkonsumsinya, seperti yang dijelaskan di artikel ini.
Dan artinya, setiap orang mempunyai pengalamannya masing-masing, dan pengalamannya bisa diasah kembali oleh informasi yang sangat terbuka ini. Di era ini dan mungkin kedepan. Hanya tinggal kemana mereka membaca ilmu dan mendapatkan informasi tersebut.
Era keterbukaan ini membuat banyak tingkah laku yang baru bagi dunia ini. Yaitu hanya men-share dan tidak membaca atau melakukannya. Padahal artikel tersebut sangat penting untuk mengasah kembali ilmu dia.
Anyway, mungkin itu saja kak komentar saya. Maaaf jika ada kata yang salah dan ‘agak acak-acakan’, karena ngantuk nih belum tidur siang. hhe.
nice point. kebiasaan “asal share” itu perlu diangkat juga sih. Seperti asal mengacu tanpa memperhatikan sumber beritanya. i found similar case about this 😀
Berita baik Mas Fikri… 😀
kenapa menjadi baik? explain me more 😉
Dan di era keterbukaan ini memberi arti juga bahwa berbohong adalah tindakan bodoh. Secerdas apapun menyembunyikan kebohongan itu, cepat atau lambat pasti akan terungkap..
Jadi, bersikaplah jujur. Don’t be evil. :p
it will be the era of generosity too 🙂