Dongeng Untuk Generasi Mendatang #2: Media Massa & Media Sosial

***

Media Massa Surat Kabar Pikiran Rakyat

Manusia di abad ke-20 hingga awal abad-21 mengenal sebuah konsep bernama media massa: televisi, radio, koran, majalah, you name it. Media massa bersifat one-to-many dimana satu entitas, umumnya korporasi media atau pemerintah mengingat biaya operasional media massa yang tinggi, mengkomunikasikan “pesan” (bentuk akhir dari pesan ini merupakan berita, acara TV, laporan investigasi, sinetron, dll namun selalu ada “gagasan” dibalik bentuk akhir tersebut) kepada sejumlah BESAR masyarakat.

Sebelum kamu tertawa atau mengajukan pertanyaan, saya akan klarifikasi:

  • Ya, kami manusia yang hidup di abad ke-20 hingga awal abad-21 tidak memiliki terlalu banyak opsi channel informasi untuk dikonsumsi.
  • Ya, media massa disini bersifat satu arah. kami tidak bisa berinteraksi dengan mereka, kami mengkonsumsi informasi. Kami dicekoki.
  • Ya, jika media massa berbiaya tinggi ditunggangi kepentingan tertentu, para begundal berduit besar ini punya kemampuan mengendalikan masyarakat melalui komunikasi massa

Dan itulah yang kami alami di awal abad-21 ini, spesifiknya di Indonesia: satu stasiun tv ditunggangi partai politik, beberapa stasiun tv lain ditunggangi korporasi yang terus menerus mewartakan berita buruk (AFAIK, prinsipnya kan bad news is an interesting news), stasiun tv yang lain terus memainkan sinetron naga terbang dan sinetron drama tidak masuk akal yang tidak jelas. Bagi masyarakat kelas bawah yang hanya mampu mengakses TV, itu semua yang mereka tahu. Lupakan radio, bentuk visual tentu jauh lebih menarik. Lupakan surat kabar, kami pada waktu itu bukan merupakan bangsa yang gemar membaca. Sial bagi kami, kami melewat era membaca setelah era buta huruf karena era multimedia terlanjur dimulai.

***

Untungnya, di awal abad 21 teknologi menghadiahi kami sesuatu yang sangat berarti: internet. Suatu teknologi dan protokol dimana informasi yang disimpan disatu komputer dibuat menjadi dapat diakses oleh komputer lainnya selama mereka terhubung dalam jaringan internet. This is a huge thing. Teknologi ini, diiringi dengan turunnya harga hardware dan software karena dapat diproduksi untuk massal, membuat semua orang yang terhubung ke internet memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan ide yang dapat diakses oleh “siapapun di dunia”.

Oke oke, tidak semudah kedengarannya memang. Sejak diperkenalkan oleh Tim Barners-Lee dari lab CERN di awal 1990-an hingga awal 2000-an, jenis informasi yang berlalu lalang di world wide web baru berbentuk teks dan gambar. Penetrasi internet pun rendah. Namun dipertengahan hingga akhir 2000-an, penetrasi Internet melambung tinggi didorong oleh faktor-faktor di bawah ini:

  1. Biaya akses internet yang terus turun dan menjadi semakin terjangkau
  2. Booming mobile internet (kemampuan mengakses internet menggunakan mobile device seperti handphone, tablet PC, dll. Oke, saya tahu ini biasa sekali di era kamu jika tidak ada musibah berskala global yang berarti)
  3. Booming media sosial
 Mengakses Blog Melalui RSS via Google Reader

Mengakses Blog Melalui RSS via Google Reader

Poin pertama dan kedua lebih bersifat faktor ekonomis. Poin ketiga merupakan faktor yang sesuatu banget. Media sosial adalah suatu platform (umumnya berbentuk website yang berada di internet) yang memungkinkan siapapun mempublikasikan kontennya ke platform tersebut. Contoh:

  1. YouTube.com untuk mempublikasikan video
  2. Twitter.com untuk mem-posting pesan pendek dibawah 140 karakter
  3. SoundCloud.com untuk memutar file audio
  4. Blogger.com untuk mem-posting tulisan blog
  5. Berbagai software opensource yang didistribusikan secara ‘free’ dan memungkinkan siapapun untuk membuat website yang dapat mendistribusikan berbagai macam konten (text, audio, visual) dengan segera. Contoh: WordPress, Joomla, Drupal, dll. (note: saat saya kuliah, saya mencari penghasilan dari kustomisasi tampilan software open source WordPress. Yeah, they need people for doing that :p)

This is a huge thing. Again, this is a huge thing. Internet membuat siapapun dapat mempublikasikan (hampir) apapun ke jaringan internet. Efeknya: manusia memiliki lebih banyak pilihan informasi untuk dikonsumsi, lebih banyak sumber informasi untuk dipercaya, dan yang terpenting, begundal berduit besar yang mengendalikan media massa belum tentu memenangkan pikiran publik sekarang.

Ya, untuk tahun 2012 dimana saya menulis ini, memang tidak 100% masyarakat mampu mengakses internet. Bagi mereka yang merupakan:

  1. Generasi tua yang tidak mamu beradaptasi dengan teknologi
  2. Masyarakat kurang mampu yang belum memiliki akses internet
  3. Generasi dewasa awal kelahiran 1994-sebelumnya yang mengalami masa remaja bersama dengan MTV dan tidak terlalu tech-savvy

Mereka mungkin masih memiliki keterikatan emosional dengan TV dan media massa lainnya. Tapi saya pribadi yakin sebuah pergeseran kultural besar, cepat atau lambat jika tidak terjadi bencana berskala global, akan terjadi. Adik saya yang lahir di tahun 1995-an saja, yang tahun 2012 ini menginjak bangku SMA kelas 2 yang mana tidak tumbuh besar bersama MTV, menghabiskan waktu luangnya mengakses dan berkomunikasi via internet dan media sosial. Jarang sekali saya melihat yang bersangkutan mengakses media massa.

Saat kamu membaca tulisan ini entah sepuluh, ratusan atau bahkan ribuan tahun dari tahun 2012 dimana jika tidak ada bencana besar berskala global mungkin akan mengalami era dimana biaya membuat, mendistribusikan dan mengakses konten adalah sangat murah, mudah atau bahkan sangat gratis, kamu mungkin akan tertawa tidak percaya membaca apa yang saya tuliskan diatas benar-benar terjadi. Era dimana sejumlah besar manusia, disetir segelintir begundal melalui komunikasi dan pemberitaan di media massa.

Trust me, it happened.

Bersyukurlah karena kamu memiliki lebih banyak pilihan dan channel informasi untuk diakses.

***

 

Fikri Rasyid,

31 Januari 2012, 08:20. Waktu Indonesia Bagian Barat.