Pernah bertemu orang yang membuat kamu berfikir “Loh, kok dia mikirnya gitu sih?”
Sejak awal tahun ini, saya terbiasa menggunakan Ubuntu sebagai operating system netbook saya. Ternyata, sistem rendering font-nya ubuntu ini agak berbeda dengan windows. Sialnya, pernah ada satu kejadian dimana saya tak sengaja merusak system font-nya sehingga hingga hari ini pun tampilannya agak berbeda dengan tampilan font standar-nya.
Suatu ketika, saya merubah tampilan desain blog ini (menggunakan OS ubuntu) dan seorang teman saya mengirimkan komentar: “eh, bagian ini kaya-nya font-nya ngga usah dibuat bold deh“. Saya pikir dalam hati “ah, perasaan gue oke-oke aja tuh“. Beberapa minggu kemudian saat saya mengakses netbook saya menggunakan windows, ternyata area yang dibicarakan teman saya itu nampak terlalu tebal dan membuatnya tidak sedap dipandang.
Ah.
Objeknya, katakanlah, x.
- Saya menggunakan OS ubuntu (yang agak bermasalah) untuk mengakses x, tampilannya standar.
- Teman saya menggunakan OS lain (yang “standar”) untuk mengakses x, tampilannya tidak sedap dipandang.
Pertanyaannya: pernah kamu bertemu orang yang membuat kamu berfikir “Loh, kok dia mikirnya gitu sih?”
seringlah…pov tiap orang kan beda2 karena pengaruh karakter dan personality. makanya komunikasi yg bagus itu penting. 🙂
yap. komunikasi dan empati. saya rasa itu kuncinya ya 🙂
Anyway, saya baru saja berkunjung ke blog anda dan langsung suka. Saya baru tergerak dengan konsep minimalism ini, mohon bantuannya ya 😀
Pengalaman saya dengan Ubuntu Hardy-heron. Untuk Georgia ukuran lebih dari 16px/1em akan tampak lebih bold dan menyerupai slab-serif — Mirip dengan DejaVu Serif — padahal tampil baik-baik saja di Fedora atau Windows.
Mungkin kasusnya terbalik dengan contoh di atas ya…
wah, kalau saya sepertinya faktor digunakan di netbook juga sih, terus pernah terhapus juga semua file font disistemnya LOL