Ketika itu malam. keheningan mulai larut, dan pancaran layar beresolusi 1024 X 768 piksel mulai melelahkan mata saya. Ingin rasanya menekan ikon start di sudut kiri bawah desktop, menekan ikon turn off your computer dan segera merapat dalam dekapan selimut yang hangat. Tapi itu bukan pilihan yang tepat. Masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan malam ini.

Saya butuh penyegaran, batin saya. Harus ada sesuatu yang turut meramaikan keheningan malam ini.

Segera saya buka aplikasi windows explorer, dan sebuah direktori dengan ukuran file sebesar 5.53 Gigabyte berisi file dengan ekstensi .mp3 menjadi destinasi saya. Saya pilih sebuah sub direktori bernama “incubus“, dan sebuah file bernama 03 Dig.mp3 segera saya putar dengan aplikasi GomPlayer, software media player favorit saya.

Satu lagu dari Incubus berjudul Dig dari album terbarunya, Light Grenade mulai mengalun dari speaker PC saya. Memecah keheningan malam.

Sederhana, dalam, dan mengesankan. Ini lagu halus dengan tempo yang pelan. Untuk band alternative seperti incubus, dimana mereka tidak terkekang oleh aturan notasi genre apa yang akan mereka mainkan namun lebih sering mengkombinasikan musik dengan distorsi dalam komposisinya, lagu ini sangat berbedabeda.

Benar – benar berbeda.

Cukup berbeda untuk membuat saya mengalihkan perhatian sejenak dari apa yang semestinya saya kerjakan, dan membuat suasana malam yang hening menjadi lebih impresif.

Lagu ini memiliki semua elemen yang harus dimiliki oleh lagu berkategori “keren” menurut saya : Dibawakan oleh musisi yang tepat, Emosi lagu yang tepat, komposisi yang mengalir, dan satu hal yang sangat penting : Lirik yang ambigu dan dalam. Bagian lirik yang sangat mengena menurut saya :

We all have a weakness
But some of ours are easier to identify.
Look me in the eye

Satu bait tentang “Kita semua orang memiliki kelemahan, dan kamu tahu itu”

We all have a sickness
That cleverly attaches and multiplies
No matter how hard we try.

Bait yang lain mengenai “Kita semua memiliki kelemahan, dan selalu bertambah, entah bagaimana caranya”

If I turn into another
Dig me up from under what is covering
The better part of me
Sing this song
Remind me that we’ll always have each other
When everything else is gone.

Satu reffrain yang indah mengenai “Tolong ingatkan saya bahwa kita saling memiliki ketika yang lain tidak perduli lagi, dan pahami pahamkan saya bahwa saya memiliki satu bagian yang lebih baik ketika saya berubah “

Waw. Satu syair yang indah.

Dan cukup indah untuk menemani saya dan komputer pribadi saya malam itu.

Sejenak saya terdiam memperhatikan alunan lagu ini, lalu ikut melantunkannya pada beberapa bagian yang sangat berkesan. Ketika GomPlayer saya selesai memutar lagu ini dan mulai memainkannya kembali, saya kembali pada posisi duduk yang nyaman untuk mengetik. Tangan saya kembali menjamah tombol – tombol keyboard. Otak saya mengrimkan sinyal kepada otot jari saya untuk bergerak. Memberikan perintah ke proscessor komputer untuk menampilkan karakter huruf yang dimasukkan melalui keyboard.

Saya kembali melanjutkan pekerjaan saya.