Dream comes true, again. Setelah menulis salah satu impian saya setelah usia 20 yaitu cycling (yeah, counter culture rules!), hari ahad kemarin saya langsung hunting sepeda ke rodalink dan jl.veteran atas saran teman-teman twitter yang merangkap web developer dan cycling evangelist kelas kakap: @rezaprabowo, @tyohan n @ibnutri. Saya men-setup budget antara 1,5jt sampai 2jt (cukup rasional untuk sepeda pertama dan orang yang baru memutuskan untuk bersepeda) yang saya sisihkan dari pendapatan freelancing so i can proudly say that it’s MY bike. Selalu ada kesenangan tersendiri membeli sesuatu dari hasil usaha sendiri anyway 😀
Hunting x hunting
Setelah keliling-keliling, ada beberapa parameter yang akhirnya saya ketahui dan harus pilih untuk cyclist newbie seperti saya:
- frame besi VS frame aluminium
- gear yang seperti vespa (diputar) VS gear yang cukup dipindahkan dengan jari
- merek Polygon VS United VS Wimcycle
- rem cakram VS rem tromol (ini istilah mobil sih, kurang tahu istilah sepeda-nya)
Teman-teman cyclist merekomendasikan merek Polygon diantara merek yang lain meskipun secara garis besar, ketiga merek diatas kurang lebih sama dan sama-sama produk lokal. Mengenai body, lebih baik mencari body alumunium daripada besi karena akan sangat berpengaruh di berat sepeda. Sedangkan gear tidak dipermasalahkan dam rem tromol juga sudah cukup untuk penggunaan dalam kota – rem cakram sangat dibutuhkan untuk pemakaian offroad.
Jadi setelah keliling-keliling, pencarian saya berujung ke tiga pilihan:
- Polygon Premier 1.0 (body alumunium, rem tromol, gear yang seperti vespa, warna putih) sekitar IDR 1,955,000
- Wimcycle roadtech dengan rem cakram (body alumunium, rem cakram depan belakang, gear yang dipindah dengan jari, warna biru) sekitar IDR 1.900.000
- Wimcycle roadtech (persis dengan wim diatas, hanya beda rem tromol dan warna putih) IDR 1,550,000
Okay, call me weird tapi saya ingin sepeda pertama saya berwarna PUTIH. Entah kerasukan apa saya ini tapi setelah saya punya penghasilan sendiri dari freelancing semua barang yang saya beli jadi warna putih. Netbook putih, blackberry putih (it should be whiteberry then lol), sepatu putih, dan lain-lain. Jadi penilaian saya atas tiga opsi diatas:
- Opsi pertama udah oke banget, hanya minus gearnya saja. Entah kenapa saya tidak suka gear yang diputar. Rasanya agak weird untuk dipakai
- Opsi kedua juga oke, kecuali brand wimcycle yang mengingatkan saya pada “heeeeboooooh” dan warnanya BIRU!
- Opsi ketiga juga oke, hanya minus rem-nya saja yang tromol.
What a choice. Tapi setelah dipikir-pikir, peduli amat mengenai brand dan saya berencana untuk menggunakan sepeda ini untuk dalam kota (mendadak saya ingat filosofi minimalist-nya Leo Babauta “remember, just the essentials!”) akhirnya saya menjatuhkan pilihan kepada opsi ketiga. It’s white, it’s light, it’s alumunium, its gear works as i want it. screw the “heeboooooh”-thingy, screw the break because i haven’t need disc brake for now. Saya ingat kata @rezaprabowo:
However, it’s the cyclist, not the cycle!
Anyway, i can feel the bike “calls” me, so be it. Akhirnya saya beli juga wimcycle putih seharga IDR 1.550.000 itu dari toko maju sepeda di jalan a.yani no. 48 A (terusan jalan veteran) yang penjaganya sangat sabar dan ramah menghadapi saya yang super bawel dan terus menerus bertanya dan men-test drive si sepeda. Tambah IDR 20,000 untuk penutup ban (apalah ini istilahnya) dan IDR 50,000 untuk kunci polygon, here we go!
Very first test drive
Sesampainya saya dirumah, hari sudah malam dan hujan turun sehingga saya baru mencoba si sepeda keesokan harinya (hari senin) setelah subuh. Sekitar jam 5-an saya turun ke jalan, menyusuri jalan cikutra hingga gasibu dan masuk kawasan cilaki yang masih sepi. OMG, segarnya dan sunyinya!
Yang menarik adalah, saya paling tidak suka jika mengendarai motor tanpa musik karena rasanya gandeng sekali suara jalanan itu. Saat mengendarai sepeda, saya malah lebih suka jalan tanpa musik dan merasakan sensasi suara jalanan. Rasanya alami sekali.
Beres berputar-putar, saya kembali saat matahari mulai terbit dan warga bandung memulai aktifitasnya. Sempat mampir dulu ke Circle K suci untuk menikmati milo kalengan dingin yang terasa sangat segar dan tiba di rumah pukul 6. Setibanya di rumah untuk sarapan dan minum teh (another awesomeness: beres sepedaan saya jadi enggan minum kopi. cool! :D), beberapa saat kemudian saya mendapati kabar bahwa hari ini semua kelas saya di cancel. Jadilah muncul pikiran usil saya: mencoba sepedaan ke kampus UPI dari rumah di daerah cikutra.
And i did it.
Dan capeknya WOW juga. Saat melalui daerah siliwangi sempat terpikir untuk lurus terus ke cihampelas dan pulang saja, tapi saya urungkan karena penasaran ingin ke kampus menggunakan sepeda. Daerah siliwangi dan tanjakan setiabudi yang biasanya saya lalui dengan enteng menggunakan motor kini saya jajal dengan tenaga sendiri. Waw, what a trip! Tanjakan setiabudi menuju UPI yang menjadi puncak keletihan saya. Haha. Tapi toh akhirnya sampai juga. Saya tiba di kampus UPI dengan tatapan heran teman-teman yang sedang menjadi panitia Annual English Contest and Seminar di gedung BPU UPI sedangkan saya datang dengan sweater dan celana pendek jeans kriwil-kriwil ala Steve Jobs muda di film Pirates of Sillicon Valley dengan sepeda dan keringat dimana-mana.
Setelah ngobrol dengan beberapa teman dan mem-fotokopi satu dua hal, saya berniat pulang namun terhenti oleh hujan. Setelah hujan reda, saya pulang dengan badan lumayan capek dan bokong yang terlalu pegal -atau malah cenderung sakit- yang saya diagnosa karena kaget karena saya langsung forsir sepedaan. Hahaha. However, it was super fun. Untung rute pulangnya turunan semua 😀
A day after test drive
Saya terkantuk-kantuk dikelas ditambah badan pusing dan panas. Well, badan pusing dan panas itu saya curiga karena kehujanan saat pulang atau ketularan teman saya yang kebetulan flu disebelah saya sih. Jadilah saya bersegera pulang selepas kelas untuk beristirahat. Sekarang saya sudah beristirahat dan rasanya cukup segar. Setelah badan saya mulai fit dan bokong sudah tidak terlalu pegal dan sakit (now i know what does it mean by “pain in the ass”, literally), mari kembali bersepeda! 😀
ajiee.. sepeda baru…
excited bgt kyknya.
kalo aku udah dari tahun 2 pake sepeda kekampus, di fk unand sini banyak yg make, tapi jauhjauhjauh lebih byk lg yang pake mobil, tapi it’s ok, bersepeda itu menyenangkan(terkadang dibbrp kondisi ga juga :P) dan menyehatkan.
i want to ride my bicycle..
Yap, it’s like a counter culture for me. Lebih dari menyenangkan, tapi “memanusiakan”. Capek sih memang, tapi enak aja kita jadi belajar menghargai jalan-jalan yang biasanya kita lalui dengan enteng 🙂