Cinta-Cintaan

by | Oct 11, 2013 | Essays | 8 comments

Beberapa hari lalu gue sedang ngebuka Facebook dan menemukan post ini di News Feed gue. Terlalu bagus untuk tidak di-share:

//

 

Bagian yang buat gue benar-benar emas itu:

Tapi sesungguhnya, perasaan diuji ketika situasi menjadi sulit dan rumit.

Semua orang bisa aja suka sama elu pas lu lagi jaya – jayanya. Pas lu lagi baik-baiknya. Pas lu lagi makmur-makmurnya. Pas lu lagi ganteng-gantengnya. But things happen and people will definitely change. Apakah perasaan lu akan tetap sama saat pasangan lu berubah? Ngga usah drastis-drastis kaya bangkrut atau dipecat deh. Let’s say hal yang sederhana aja dulu: ketika jarak jadi jauh, ketika frekuensi bertemu berkurang, ketika kesibukannya bertambah, ketika sifatnya ada yang berubah, ketika sulit baginya untuk jadi semanis dulu, dll.

Stefen Seigmaster dalam pamerannya The Happy Show at MOCA yang gue baca melalui Minimally Minimal menggambarkan hal ini dengan sangat brilian:

Passionate love is much stronger than companionate love, but it only lasts half a year and pasionate love does not normally turn into companionate love. When i was younger i thought true love is passionate love that never fades and i was wrong. In fact it is biologically impossible.

Stefan Seigmaster

Ketika beberapa hari yang lalu seorang teman cerita mengenai hubungannya yang terkendala hal yang cukup signifikan, I can’t help but said:

Cinta mah datang dan pergi. Setergila-gilanya lu sama dia dan dia sama lu, suatu saat bakal redup juga. Yang nyisa tinggal komitmen aja. Cukup ngga lu dengan komitmen itu?

Ya begitulah. Apakah ini benar-benar cinta, ataukah ‘sekedar’ cinta?

It’s the question for our own self to ask.

***

Disclaimer: not that i know everything about love like the dudes who throw a seminar about them, but this is the thing I learned along the way. Hope this thing is somehow useful for you.

8 Comments

  1. Riri

    this is what I feel over this month, Fik. And everything you said and quoted is definitely true, in my view of point. *curcol *bae

    anyway, gue dulu berpikir seperti itu. that love wouldn’t last forever, that what you need is a commitment and how far you can keep with that. that’s an ideal story. but when it comes to the reality, it’s a breathtaking.

    • Fikri Rasyid

      Anjir gaya euy maneh udah cinteu-cinteuan begini ri :))

      Sederhana bangetnya sih begini: kalo suatu saat lu jatuh, masih mau bertahan n nemenin ngga?

  2. Riri

    ah, ga lagi cinta-cintaan juga, kalau kita pernah mengalami cinta-cintaan bisa kerasa fik. hha.

    relationship is hard, fik. itulah kenapa gue males memulai dari dulu. ya intinya, gue pecundang kali yaa. masih mau egois sendiri. ga mau bagi2 susah senang.
    Tapi gue kaget juga pas kemarin lu bilang “siapa lagi korban lu, ri?” haha. Kok rasanya gue jadi kaya penjahat cinta. haha.

    • Fikri Rasyid

      Dude, relationship is hard but it makes you more mature. Ada hal-hal yang lu g bakal bisa ngalamin kalo ngga di dalam relationship, dan mengalami berbagai macam hal itulah yang IMO ngebuat seseorang makin dewasa.

      anjis becandaan doang lah itu :))

  3. Riri

    Ya. bener banget. gue ga dewasa-dewasa jadinya. selalu aja ngehindar. haha

    Ahh fik…

    • Fikri Rasyid

      Dude, face it dude. Sooner or later, you’ll have to 🙂

  4. Riri

    I will. soon. haha.

    Thanks for sharing anyway.

    • Fikri Rasyid

      You are welcome bro, you are welcome.