Hoah! Hari ke empat di Bali! Semalam saya, teman kampus dan dosen pembimbing saya sepakat untuk pergi ke Tanah Lot pagi ini. Jaraknya sekitar 22 km. Karena kami ada bertiga, akhirnya kami menyewa satu lagi motor untuk setengah hari. Biayanya IDR 40,000.
Kami berangkat sekitar pukul 7. Setelah lebih dari satu jam menjelajahi jalanan Kota Denpasar, lengkap dengan nyasar ala musafir tak tahu arah (dan untuk pertama kalinya Google Maps menunjukan titik lokasi yang salah – at the end of the day, you can not trust it all 100% to technology LOL), akhirnya kami sampai juga di Tanah Lot.
Tanah Lot
Pada dasarnya, tanah lot adalah Pura. Yang menjadikan Tanah lot menarik adalah lokasinya yang berada di lepas pantai. Jadi kalau pagi, ada jalan ke Tanah lot. Kalau sore hari, jalan tersebut terbenam oleh pasang pantai. Scene-nya sangat menarik sekali. Lokasi sekitarnya juga rapih dan terjaga. Ohya, disekitar Tanah Lot ini terdapat banyak penjual oleh-oleh yang barangnya sama seperti di Pasar Sukawati. Bedanya, disini markup harganya tidak segila di Sukawati. Beberapa toko bahkan memberikan fixed price di price tagnya. Sweet.
Ohya, untuk masuk ke kawasan Tanah Lot ini anda akan dikenakan biaya retribusi sekitar IDR 5,000 per orang dan IDR 2,000 untuk parkir motor.
Beres jalan-jalan (ternyata di karang tempat pura tanah lot berdiri, muncul sumber air tawar di tengah laut seperti itu) dan mengambil gambar (ya, standar musafir lara modern lah). Kami memutuskan untuk bergegas kembali ke hotel dan makan siang, mengingat penerbangan teman dan dosen saya yang -seingat teman saya- pukul 15.45.
Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Sesampainya di kamar hotel, teman saya mengecek tiket pesawat dan ternyata penerbangannya baru berangkat pukul 18.45 -_-”
Tadinya sempat bingung juga, apalagi motor sudah dikembalikan. Untungnya ada teman ibu Saya yang mengambil titipan (saat akan pergi, ibu saya menitipkan beberapa benda untuk temannya di Bali) dan berbaik hati untuk mengantarkan kita. Karena masih ada waktu, kita mampir dahulu ke Garuda Wisnu Kencana yang berjarak sekitar 40 menit (kalau jalanan lancar) dari Bandara Ngurah Rai.
ini baru kepala garudanya.
ini rencana keseluruhannya. akan jadi sangat-sangat besar sekali.
di GWK ada teaternya juga. Acara pementasannya agak malam, biasanya lewat pukul 18.00
Garuda Wisnu Kencana ini pada dasarnya adalah situs pariwisata yang memajang patung raksasa Wisnu menaiki burung garuda -yang rencananya- akan menjadi patung terbesar di dunia, melebihi Patung Liberty di New York. Cerdasnya, meskipun patung ini belum selesai 100% (baru bagian kepala Wisnu, Garuda dan tangan Wisnu) tapi situsnya sudah dibuka. Lokasinya pun fantastis dan sangat terawat. Bekasa lubang galian gunung kapur yang dikeruk habis untuk pembangunan bisa disulap menjadi situs wisata lengkap dengan kedai-kedai kecil tempat istrahat, tempat belanja dan teater pementasan tari-tarian Bali. Sangat-sangat cerdas dan indah.
Ohya, untuk turis domestik, tiket masuk GWK ini IDR 25,000. Wisatawan asing IDR 50,000. Parkir kendaraan (mobil) IDR 5,000.
Bandara, Kuta, dan Budget Hotel di Poppies Lane
Selepas dari kunjungan singkat kami ke Graha Wisnu Kencana, kami segera melaju ke bandara. Saya berpisah dengan dosen pembimbing dan teman kampus saya, lalu segera melaju ke Pantai Kuta untuk melihat sunset yang ternyata sangat macet di sore hari.
Selesai melihat sunset pantai kuta (yang ternyata ya sama saja, kecuali pantainya yang bersih, banyak bule baru berjemur dan kawasan yang dipenuhi wisatawan asing) saya dan teman ibu saya makan malam di sekitaran jalan Kuta. Beres makan, saya minta di drop saja di gang Poppies lane, suatu gang di daerah Kuta yang dipenuhi oleh Budget Hotel tempat backpacker mancanegara bermukim di Bali.
Saya banyak membaca di artikel-artikel di Internet bahwa hotel disana sangat-sangat murah, bahkan ada yang berkisar antara 60 ribu – 100 ribu semalam. Oke, saya sangat tergerak untuk membuktikannya. Sialnya, ternyata pada saat itu Bali masih high season untuk wisatawan asing (musim liburan untuk wisatawan asing itu masih hingga agustus) sehingga hotel-hotel fully booked dan harga jadi melonjak. Setelah satu jam lebih membawa tas super besar untuk mencari hotel di kawasan Poppies Lane I & II dan jalan Raya Kuta yang dipenuhi oleh bule-bule yang jalan-jalan sambil minum-minum dan bule-bule yang kegirangan membawa motor matic di gang-gang kecil (mungkin karena di negaranya tidak ada motor matic mungkin ya), akhirnya saya mulai keletihan. Dari budget hotel sampai tunehotel-nya AirAsia saya tanya dan mereka kehabisan kamar single. Dem.
Ditengah keletihan saya, ada anak muda bali yang mengajak ngobrol. FYI, banyak sekali anak muda Bali yang tampangnya sangar, berandalan dan penuh tattoo, tapi saat ditanya sangat ramah. Yaa, kalau tidak ramah mana bisa Bali ramai. Akhirnya saya bilang dia bahwa saya mencari budget hotel dia dia bilang supaya saya ikut motor dia saja. Banyak mah hotel seperti itu di Bali, tapi sekarang lagi penuh-penuhnya. Okay, dia mengantar saya mencari hotel di sekitaran Kuta dan saat sudah ketemu saya beri dia IDR 15ribu. phew, dari tadi kek ya -_-”
Ohya, kamu perlu tahu bahwa di daerah Kuta, mungkin hampir setiap anak muda (dan anak tua juga) yang lewat membawa motor akan menwarkan kamu ojeg. Yah, sekalian sambil jalan dapat uang mungkin ya.
Bamboo Inn Hotel, di Jalan Singosari
Dengan bantuan anak muda Bali yang saya beri 15 ribu, saya mendapatkan kamar di Bamboo Inn, hotel tradisional Bali yang sangat-sangat eksotis bahkan terkesan mistis untuk semalam. Semalamnya IDR 150 ribu: sudah dengan makan pagi dan kopi, dinding luarnya dilapisi anyaman bambu, di luarnya ada kursi dan meja santai, di kamar tidak menggunakan AC tapi kipas angin yang menggantung, dua ranjang dan satu kamar mandi yang ada showernya. Di luar kamar ada taman yang dipenuhi oleh patung-patung entah apa namanya. Dinding-dindingnya dipenuhi lukisan. Bali sekali. Mulai dari lukisan Budha hingga wanita berpakaian adat Bali dan wanita tanpa pakaian. Banyak sekali patung Budha dan wewangian dupa menyebar di lorong hotel. Canggih jaya, saya pikir.
Anyway, biaya hotel 150 ribu itu sudah dapat dua ranjang ya. Jadi secara teknis, kita bisa anggap biaya hotel itu 75ribu per orang.
Saat saya tiba di kamar sekitar pukul setengah 11, saya tidak bisa berpikir apapun lagi kecuali ibadah dan tidur. Crap, saat saya mau tidur penghuni kamar sebelah saya mengeluarkan bebunyian aneh. Mulai dari batuk, tawa, hingga menangis. Saya mulai berpikir yang aneh-aneh ini -_-”
Di pagi harinya, selepas jalan-jalan Pagi, saya tahu bahwa penghuni sebelah kamar saya adalah ibu-ibu bule berusia 50an.
Anyway, ini foto suasana hotel Bamboo Inn di pagi hari yang saya ambil keesokan paginya. Sangat-sangat eksotis 🙂
bukannya gwk itu singkatan dari garuda wisnu kencana ya?
gue pengen banget maen kesana lagi
tempatnya asik
Haha, iya saya salah tulis itu :p
Garuda Wisnu kencana yang betul.
itu proyek zamannya soeharto tp sampai sekarang blm selesai2.
dekat kampus udayana dan poltek negeri bali.
turun dari GWk bakal lihat pemandangan seru deh..
di Kuta memang segitu harganya, mungkin kalo nginap di Dps dg fasilitas kamar yang sama harganya bs IDR 60-100rb aja
oh, salah ya tulisannya? haha :p
yap, memang proyek kolosal sih, ngga heran kalau waktunya bakal lama. Tapi kalau jadi, akan iconic sekali 😀
Kemarin2nya sudah di Denpasar sih, jadinya yang penting lokasinya di Kuta kemarin itu 😉
Salah tulis GWK sudah diperbaiki 🙂
bamboo inn? hmm…nice try
yep. khas tradisional bali banget 😀