Money

Saya beruntung punya ibu yang sangat melek finansial. Beliau mengajari dan mencontohkan saya bagaimana seharusnya saya berinteraksi dan mengelola uang. The greatest mom ever. Selama empat tahun (pasca enam tahun hidup di asrama) saya tinggal di Bandung, saya sering dikuliahi poin-poin ini dan hasilnya meskipun belum terlalu besar dan stabil, namun arahnya positif. Jika hal ini bekerja untuk saya, harusnya poin-poin ini bekerja untuk kamu juga. Hasilnya memang belum terlalu kelihatan, namun jika dipraktekkan terus menerus.. ya kita lihat saja hasilnya beberapa tahun mendatang.

#1. Uang itu penting

Memang bukan yang terpenting, tapi jangan berani-berani bilang uang dan kemampuan finansial itu tidak penting. Kamu akan merasakan betapa pentingnya uang saat kamu ada di situasi-situasi genting seperti membiayai biaya pengobatan di rumah sakit, biaya pendidikan, menghidupi anak orang (baca:menikah), dll.

Terlebih lagi, jika kamu mapan dan makmur secara finansial, pilihan untuk berbuat baik kepada orang lain akan lebih banyak: membiayai sekolah orang yang membutuhkan, membayar zakat, dll.

Uang itu penting.

#2. Berfikir besar

Miliki target finansial yang besar. FYI, nilai uang itu terus jatuh. Tahun 2000, angkot cicaheum – ledeng itu hanya IDR 1,000. Sekarang lima kali lipatnya. Tahun 2000 anak SD dikasih jajan IDR 1,000 sudah cukup. Sekarang IDR 1,000 hanya cukup untuk bayar parkir motor di sekali di mall.

Berfikir besar. Jangan kalah oleh situasi.

#3. Hargai uang kecil

Uang besar itu tidak datang tiba-tiba. Hampir mustahil kamu sekonyong-konyong punya penghasilan 1M sebulan, bisa-bisa kamu gelap mata. Mulai dan hargai dulu dari yang kecil dan sederhana, kemudian naik secara bertahap. Dengan cara itu kamu tidak akan sombong dan paham bahwa punya penghasilan itu butuh usaha.

Tidak apa-apa sekarang kecil juga, asal usahakan untuk naik secara bertahap. Nanti juga terpikir caranya bagaimana.

#4. Gaya hidup sederhana tapi jangan tanggung-tanggung untuk produktifitas

Gaya hidup mah sederhana saja. Rekreasi dan sesuatu yang lux sesekali boleh, asal jangan berlebihan. Tapi, jangan takut mengeluarkan uang untuk hal-hal yang bisa meningkatkan produktifitas: pendidikan, tools, seminar, etc. Perbanyak aset, kurangi liabilitas. Sesuatu yang menurut kamu liabilitas, bisa jadi untuk orang lain aset. Setiap orang punya kebutuhan berbeda-beda.

Ketahui kebutuhan kamu. Hidup sederhana, tingkatkan produktifitas.

#5. Anak muda harus cepat-cepat mapan

“Maneh teh lain budak leutik deui. Ngga malu apa minta uang terus? Ayo kamu usaha. Yang penting usahanya aja dulu, mama akan support saat situasinya sedang tidak bagus – kamu pasti mengalami hal ini sih suatu saat”

Ibu saya selalu bilang, mumpung saya masih mahasiswa saya harus cepat-cepat mapan. Kemampuan finansial itu tidak datang dari sakali kiceup* tapi butuh proses. Kalau saya mulai dari sekarang, harapannya saat pendidikan level sarjana saya beres, kemampuan finansialnya minimal sudah cukup untuk meng-cover hidup saya pribadi. Nilai tambah lain: kalau saya mahasiswa dan situasi saya sedang sulit, mendapatkan support finansial tidak malu-maluin amat lah. Beda halnya jika saya sudah sarjana dan situasinya sedang sulit: masa sarjana minta duit melulu, kan gimana gitu atuh. Malu sama gelar dan kesehatan fisik.

Anak muda harus cepat-cepat mapan. Jangan manja.

***

Masih ada poin lain, tapi untuk saat ini saya cukupkan ke lima poin diatas dulu. Di kesempatan lain saya akan share lebih banyak lagi. Untuk saat ini, saya pribadi belum 100% melaksanakan lima poin ini, butuh proses memang. Bagaimanapun, secara tidak sadar, poin-poin ini sudah mulai masuk pikiran bawah sadar saya dan termanifestasikan jadi tindakan sehari-hari.

Semoga kita semua memiliki kemapanan dan kemakmuran finansial sesegera mungkin. Amin.

*kiceup = kedipan mata.