BlackBerry Gemini

Beberapa bulan yang lalu saya mulai menggunakan BlackBerry (Gemini). Ada masa dimana saya cukup puas dengan fitur & kemampuannya sehingga saya merekomendasikannya kepada teman-teman saya. Bagaimanapun, pengalaman kurang mengenakkan, keterbatasan dan kebutuhan yang lebih membuat saya melakukan satu hal yang sering saya bahas di blog ini: migrasi. Seperti dari Windows 7 ke Ubuntu dan Ubuntu ke Macintosh, Kali ini saya “hijrah” dari BlackBerry ke Android. Lebih tepatnya, migrasi dari BlackBerry Gemini ke Samsung Galaxy Mini yang secara harga dan segmen pasar saya rasa cukup sama.

Ulasan singkat dari sisi harga

Harga dari BlackBerry gemini white yang saya gunakan dari pertengahan tahun 2010 ini adalah 2,6jt. Hari ini, harganya -jika tidak salah- berkisar di angka Rp 2,2jt. Samsung Galaxy Mini yang saya beli sabtu kemarin memiliki bandrol Rp 1,575 juta.

Mengapa hijrah ke Android

Setelah beberapa bulan menggunakan BlackBerry gemini white, saya menyadari beberapa hal:

  1. Ya, BlackBerry Messanger (BBM) merupakan suatu keunggulan. Masalahnya, saya tidak terlalu suka instant messenger. Lebih banyak distraktif-nya daripada produktifnya.
  2. Menghubungkan BlackBerry dengan device lain is a pain in the ass. Contoh: Mentransfer data menggunakan bluetooth, menghubungkan device ke jaringan wi-fi, you name it.
  3. Saya merasa “terperangkap” dengan skema data plan BIS. Sharing akses internet ke notebook dikenakan biaya tambahan di luar data plan BIS? meh.
  4. Native browser-nya kurang oke.
  5. Kualitas kamera dan aplikasi-aplikasi-nya yang kurang memuaskan
  6. UI dan UX yang .. ah sudahlah

Kekurangan diatas bukan berarti BlackBerry gemini tidak memiliki kelebihan apapun. BlackBerry gemini memiliki berbagai kelebihan. Namun, dari penggunaan device ini saya belajar bahwa apapun keunggulan suatu produk, jika faktor yang membuat kecewanya lebih banyak, keunggulan itu akan terkubur dengan sendirinya. Bagaimanapun manusia adalah makhluk yang emosional. Lesson learned, noted.

Sementara itu, Samsung Galaxy Mini mungkin bukan android phone terbaik dan dikategorikan sebagai entry-level android phone. Pengalaman ber-android akan lebih “terasa” dengan Motorola Droid, Google Nexus S atau Samsung Galaxy Ace. Tapi android-ing dengan biaya Rp 1,5jt? Saya menyebutnya persinggahan sementara dari kompleks BlackBerry di Android land sebelum berakrobat ria di iPhone heaven.

Omong-omong, ini yang saya bisa katakan dari menggunakan Samsung Galaxy Mini sejauh ini:

  1. Secara garis besar, kualitas material Samsung Galaxy Mini tidak bisa dikatakan wah. Yep, entry level phone lah, maklum.
  2. Kualitas kamera jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan BlackBerry Gemini.
  3. Menghubungkan android ke jaringan wi-fi ini luar biasa mudah. Semalam, dengan kondisi simcard tidak dimasukkan, saya bisa mengakses internet rumah via internet sharing-nya Mac.
  4. UI dan UX-nya lebih mudah dimengerti.
  5. Aplikasi-aplikasinya keren.
  6. Native browser berbasis webkit yang bisa dikatakan standar mobile browser untuk smartphone dewasa ini.
  7. Google centric. Sinkronisasi dengan produk-produk Google yang berjalan dengan sangat baik.
  8. Saya bisa bermain Angry Birds dimanapun sekarang. NGAHAHAHAHAHA m/
  9. Kemudahan dalam menginstall dan pemakaian aplikasi: yang kamu butuhkan hanya konfigurasi Google Account di awal, dan sisanya berjalan secara otomatis. Jauh sekali jika dibandingkan dengan pengalaman menggunakan AppWorld-nya BlackBerry.

Saya belum bisa berbicara banyak mengenai performa Samsung Galaxy Mini karena secara teknis saya baru membelinya kemarin dan belum banyak menggunakannya secara dalam situasi real. However, i feel so excited about this device. Saya akan mengabari lagi hal-hal menarik seputar penggunaan smartphone ini di post-post selanjutnya 😀